Prita Kemal Gani, 30 Tahun Sebagai Pendidik dan Pemimpin

Prita Kemal Gani, 30 Tahun Sebagai Pendidik dan Pemimpin

Jakarta – Prita Kemal Gani dikenal sebagai ahli public relation (hubungan masyarakat/humas), enterpreneur, dan Founder and CEO London School of Public Relations (LSPR). Wanita yang juga berperan sebagai istri dan ibu dari tiga anak ini punya pengalaman panjang di dunia kehumasan. Ia juga mengemban amanah sebagai President of ASEAN Public Relations Network and Chair of Asia Pacific Regional Council for Global Alliance.

Pengalaman dan kerja kerasnya berhasil membawa LSPR sebagai salah satu institusi pendidikan ternama di Tanah Air, dan menjalin kerja sama dengan institusi global. LSPR sudah meluluskan ratusan ribu tenaga terampil yang tersebar di berbagai industri.

Bertepatan dengan perayaan Dies Natalis LSPR ke-30 tahun, Prita meluncurkan biografi berjudul Prita Kemal Gani, 30 Tahun sebagai Pendidik, Multi Peran Menjadi Pemimpin, Tokoh Humas, Istri, dan Ibu. Biografi yang ditulis Asteria Elanda dan diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tersebut akan mulai tersedia di jaringan toko buku Gramedia, Gramedia Digital, dan Google Book serta LSPR Plaza pada 7 Desember 2022.

“Buku ini menceritakan kepemimpinan saya di LSPR. Saya memimpin LSPR seperti keluarga besar. Kita di sini semua saudara. Semoga buku ini bisa menjadi inspirasi bagi wanita lain, dan juga para pria agar memberi kesempatan kepada wanita,” ujar Prita dalam peluncuran bukunya yang digelar di Kampus B LSPR Jakarta, Rabu, 30 November 2022.

Kesuksesan dan kiprah Prita menjalankan banyak peran, baik sebagai wanita pengusaha maupun ibu rumah tangga tidak lepas dari disiplinnya dalam membagi waktu. Ia juga piawai menjaga keseimbangan antara urusan pekerjaan dan rumah tangga.

“Time management harus disertai disiplin yang kuat. Kalau tidak, agak susah menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan urusan rumah tangga,” ujarnya.

Adapun buku ini menceritakan pengalaman hidup Prita, mulai dari kenangannya pada sang ayah, perjuangan mendirikan LSPR, termasuk pengorbanannya yang terpaksa menjual perhiasan demi membayar honor dosen, hingga keahlian Prita sebagai PR yang membawanya keliling dunia. 

Buku biografi setebal 184 halaman ini terdiri dari 10 episode. Episode pertama berjudul Tarian Gambir Anom dan Kenangan tentang Ayah. Episode ini mengulas latarbelakang keluarga Prita, termasuk alasan orangtuanya menambahkan nama Prita sebagai nama depannya. Ada cerita soal masa kecil Prita yang ditinggal sang Ayah ketika usianya baru 5 tahun, dan perjuangan sang ibunda untuk membiayai sekolah Prita dan saudara-saudaranya.  Prita terbentuk menjadi karakter yang mudah bergaul dan pandai menahan diri.

Dari sang Mami, Prita mewarisi keyakinan bahwa pendidikan adalah investasi. Keyakinan itu pula yang dulu membuat Ibundanya mengirim Prita kuliah di luar negeri.

Prita dan dunia pendidikan seperti berjodoh. Prita memang mengagumi sosok seorang pendidik atau guru. Maka disamping bekerja sebagai praktaisi PR, keinginan Prita menjadi seorang pendidik tidak pernah mati. Itu pula yang di kemudian hari melatari Prita membangun sebuah training school di bidang PR, yang kelak dikenal sebagai LSPR.  Prita mendirikan LSPR dengan modal awal hanya 300 dolar.

Buku ini juga menceritakan perjalanan Prita dalam mengembangkan LSPR yang tidak selalu mulus. Cerita perjuangan Prita di masa-masa awal LSPR berdiri patur diajungi jempol. Di tengah perkembangan LSPR yang semakin banyak peminat, ada masa ketika Prita terpaksa menjual perhiasan untuk membayar gaji karyawan, honor dosen, dan menyediakan makanan.

Bagi Prita, membangun LSPR tak ubahnya membangun rumah tangga. Ia menganggap pegawai dan pendidik di LSPR adalah saudara. Leadership Prita sendiri bergaya persuasif namun tegas. Ia banyak memberikan contoh kerja keras dan disiplin. Dalam buku ini, diceritakan juga perjuangan Prita dalam memperjuangkan izin, sehingga pada 1999, lembaga kursus yang dibangunnya resmi menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations (STIKOM-LSPR). Saat ini, di Dikti terdaftar sebagai Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, dan di-branding dengan nama LSPR Institute of Communication & Business.

Adapun work from home (WFH) yang belakangan banyak diterapkan di masa pandemi, sudah sejak 22 tahun lalu dijalani Prita. Baginya, bekerja dari rumah sebenarnya lebih sulit, karena tidak ada istilah office hour. Namun dengan time management dan disiplin, serta menggeluti pekerjaan yang disenangi, kesulitan itu bisa teratasi.

Keahlian Prita tidak hanya membuat LSPR semakin maju. Sebagai ahli PR, ia mendapat banyak pengakuan. Sejumlah penghargaan diraihnya, ia juga berkesempatan berkeliling dunia berkat keahliannya sebagai praktisi humas. Prita juga tidak pelit membagikan sejumlah tip atau formula public relation. (*) Ari Astriawan.

Related Posts

News Update

Top News