Jakarta– Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia triwulan IV-2015 kembali mengindikasikan adanya perlambatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2015 yang tumbuh sebesar 0,73% quarter to quarter (qtq) atau 4,62% (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2015 yang tercatat sebesar 0,99% (qtq) atau 5,46% (yoy).
“Perlambatan pertumbuhan harga rumah terutama terjadi pada rumah tipe besar (0,38%, qtq). Melambatnya kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I-2016,” tulis Bank Indonesia dalam situs resminya di Jakarta, Kamis 11 Februari 2016.
Perlambatan kinerja properti juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial yaitu sebesar 6,02% (qtq), lebih rendah dibandingkan 7,66% (qtq) pada triwulan-III 2015 dan 40,07% (qtq) pada periode yang sama tahun lalu. Secara triwulanan, perlambatan penjualan tersebut terjadi pada semua tipe rumah terutama rumah tipe besar. Perkembangan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang. Sebagian besar pengembang (61,52%) menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya. Sementara itu, sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan (KPR).
Sebanyak 75,77% responden masih memanfaatkan KPR sebagai fasilitas pembiayaan dalam pembelian properti residensial, khususnya pada rumah tipe kecil. (*) Ria Martati