PASAR saham di Asia hari Jumat umumnya melemah setelah data pertumbuhan ekonomi China yang menurun. Indeks Nikkei Jepang melemah 0,4% dan indeks Shanghai composite turun 0,1%. Di Eropa, FTSE 100 Inggris turun 0,3%, dan S&P 500 di AS turun tipis 0,1%.Ekonomi China tumbuh 6,7% pada Q1 2016 (yoy), sejalan dengan prediksi analis, dan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,8%. Adapun secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi China Q1 tercatat sebesar 1,1% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan, namun beberapa data ekonomi lain untuk bulan Maret membaik. Data industrial production bulan Maret naik 6,8% mengalahkan estimasi pengamat. Data penjualan ritel bulan Maret juga naik 10,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian juga dengan data penjualan rumah baru yang naik 19,2% pada triwulan I 2016 dibandingkan tahun lalu. Selain itu data lending perbankan juga naik tajam. Lending perbankan China bulan Maret mencapai 1,37 triliun Yuan (USD211,3 miliar), hampir dua kali lipat jumlah kredit yang disalurkan pada bulan sebelumnya.
Ekspor Indonesia bulan Maret 2016 mencapai USD11,79 miliar atau naik 4,25% dibandingkan bulan Februari. Sementara dibandingkan bulan Maret tahun sebelumnya tercatat turun 13,51%. Secara kumulatif, ekspor sepanjang triwulan I 2016 tercatat sebesar USD33,59 miliar, turun 14% dibandingkan triwulan I tahun lalu. Ekspor terbesar didominasi oleh ekspor non migas (USD30,14 miliar). Adapun impor Indonesia bulan Maret 2016 mencapai USD11,30 miliar atau naik 11% dibandingkan bulan Februari 2016. Sementara bila dibandingkan dengan bulan Maret tahun sebelumnya tercatat turun10,4%. Secara kumulatif, impor sepanjang triwulan I 2016 tercatat sebesar USD31,94 miliar, turun 13% dibanding triwulan I tahun lalu. Neraca perdagangan Indonesia bulan Maret tercatat surplus USD0,49 miliar. Secara keseluruhan triwulan I 2016 Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar USD1,64 miliar.
Bank Indonesia menetapkan tingkat bunga Reverse Repo 7 hari sebagai tingkat bunga acuan untuk menggantikan BI rate. Perubahan ini akan berlaku mulai 19 Agustus 2016. Sampai saat itu BI rate akan tetap menjadi tingkat bunga acuan kebijakan moneter. Tujuan perubahan tersebut ialah: (1) memperbaiki sinyal kebijakan moneter melalui tingkat bunga reverse repo 7 hari, (2) memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui dampaknya terhadap tingkat bunga pasar uang dan tingkat bunga perbankan, dan (3) mendukung pendalaman pasar keuangan dengan membentuk struktur tingkat bunga antar bank jangka 3 bulan hingga 12 bulan. Bank Indonesia akan menerapkan koridor tingkat bunga yang lebih simetris dan lebih sempit, yaitu tingkat bunga penempatan (deposit facility) sebesar 75 bps di bawah repo rate 7 hari, dan tingkat bunga peminjaman (lending facility) sebesar 75 bps di atas repo rate 7 hari.
Pertemuan 16 negara produsen minyak OPEC dan non OPEC di Doha Qatar hari minggu kemarin gagal menghasilkan kesepakatan setelah Arab Saudi dan beberapa Negara teluk lainnya tidak setuju dengan kesepakatan apapun kecuali seluruh anggota OPEC bergabung, termasuk Iran. Iran sendiri tidak hadir dalam pertemuan dimaksud. Enam belas Negara yang bertemu kemarin merepresentasikan sekitar setengah dari seluruh output minyak dunia. Pertemuan itu sendiri merupakan pertemuan terkoordinasi yang pertama kalinya dalam rangka mempengaruhi output minyak, antara Negara OPEC dan non OPEC dalam 15 tahun terakhir.
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G-20 di Washington memperingatkan yurisdiksi yang dianggap sabagai tax haven bahwa kebijakan defensif (defensive measures) akan diberlakukan oleh Negara-negara G-20 kepada yurisdiksi yang tidak bersedia bekerja sama terkait transparansi pajak dan saling bertukar informasi. G-20 meminta OECD untuk melaporkan paling lambat bulan Juli ini terkait yurisdiksi-yurisdiksi tersebut. Hal ini merupakan agenda yang mendesak terlebih dalam kondisi perlambatan ekonomi saat ini di mana banyak Negara membutuhkan pendapatan pajak untuk melakukan stimulus fiscal dalam rangka meningkatkan perekonomiannya.
Data sentiment konsumen di AS bulan April turun ke level 89,7 dibandingkan bulan Maret sebesar 91,0. Demikian hasil survey University of Michigan. Indeks ini menunjukkan bahwa konsumen melihat situasi ekonomi ke depan tidak lebih baik dibandingkan situasi ekonomi saat ini. Sementara itu data industrial production AS bulan Maret turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini merupakan penurunan bulanan ketujuh berturut-turut. Sektor manufaktur AS terus terkontraksi akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi global, mata uang USD yang kuat, dan jatuhnya harga minyak.
Harga minyak dunia ditutup turun, karena pelaku pasar mengantisipasi pertemuan yang akan diselenggarakan di Doha hari minggu tanggal 17 April. WTI crude Nymex untuk pengiriman Mei turun USD1,14 (2,8%) ke level USD40,4 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juni turun USD0,74 (1,7%) ke level USD43,1 per barrel.
Yield UST turun setelah data ekonomi US cenderung negatif. Yield UST 10 tahun turun 3 bps ke level 1,75%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 52 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 tahun juga turun 4 bps ke level 2,56%.
Pasar SUN ditutup menguat, yield SUN tenor 10 tahun turun 5 bps ke level 7,41%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 133 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup naik 8,7 poin (0,2%) ke level 4.823. Investor asing membukukan net buy sebesar Rp21,8 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,9 triliun. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat Rp2 ke level Rp13.178 per dolar AS. NDF 1 bulan menguat Rp4 ke level Rp13.191 per dolar AS. Sementara itu persepsi risiko sedikit melemah, CDS 5 tahun naik 2 bps ke level 199. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 31 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)