Perbanas Minta Pemerintah Terapkan Strategi Dual Track Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Page 2

Perbanas Minta Pemerintah Terapkan Strategi Dual Track Dorong Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan Kredit Perbankan Tergantung Demand

Dalam konteks perbankan, Aviliani menyebutkan bahwa likuiditas masih berada pada level yang sangat memadai.

“Kredit tahun ini masih tumbuh baik, dan tahun depan diperkirakan tetap tumbuh sekitar 9 persen. Dari sisi DPK, pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan kredit sejak 2022. Karena itu ke depan dibutuhkan kebijakan agar likuiditas tetap terjaga,” jelasnya.

Namun ia menegaskan bahwa tantangan utama tetap berada pada sisi permintaan.

“Perbankan memiliki likuiditas yang sangat memadai, tetapi permintaan kredit lemah. Kunci peningkatan permintaan adalah naiknya pendapatan masyarakat dan bergeraknya kembali sektor padat karya,” ujarnya.

Pada saat yang sama, Perbanas mengingatkan bahwa pertumbuhan kredit 2026 kemungkinan tetap tertahan. Kredit industri tercatat turun signifikan dari puncaknya 13 persen pada April 2024 menjadi hanya 7,36 persen pada Oktober 2025 meski pemerintah telah menurunkan GWM, menstabilkan suku bunga, dan menyuntikkan likuiditas jumbo mencapai Rp200 triliun ditambah Rp76 triliun menjelang akhir tahun.

Dengan demikian, struktur permintaan yang belum pulih, pergeseran APBN, dan lemahnya sektor padat karya menjadi kombinasi faktor yang membuat pemulihan ekonomi 2026 harus dikelola secara lebih berhati-hati.

Selain itu, meski pertumbuhan ekonomi 2026 diperkirakan membaik ke 5 persen hingga 5,3 persen, daya beli masyarakat dan lambatnya ekspansi usaha tetap menjadi tantangan utama mendorong kredit kembali bergairah.

Oleh karena itu, fokus kebijakan harus bergeser dari sekadar menambah likuiditas bank menjadi stimulus sektor riil, khususnya padat karya untuk membangkitkan sisi demand. (*) Ayu Utami

Related Posts

News Update

Netizen +62