Jakarta – Saat ini perbankan tanah air sedang dihadapi tantangan dalam pengelolaan data karena adanya perubahan pola perilaku nasabah. Oleh karena itu, kekuatan data analytic menjadi penting untuk menganalisis perilaku nasabah yang telah berubah tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Billie Setiawan, Head of Enterprise Data Analytics Group, Bank Mandiri. Menurutnya, Bank Mandiri pun benar-benar harus memahami bagaimana mendekati nasabah. Personalisasi sangat penting untuk memastikan bahwa bank tahu apa yang dibutuhkan nasabah ketika akan menawarkan sesuatu dan bagaimana bank harus terhubung dengan nasabah.
“Data analytics menjadi enabler yang memainkan peranan sangat penting untuk benar-benar memberi pengalaman nasabah terbaik. Kami harus memahami nasabah untuk benar-benar memahami perjalanan nasabah dan memberi penawaran yang dipersonalisasi,” kata Billie, dikutip 17 September 2022.
Billie menambahkan, strategi Bank Mandiri dalam mengatasi tantangan tersebut adalah, pertama, Bank Mandiri tetap fokus pada nasabah dengan mengembangkan dua channel digital-nya, yakni Livin’ by Mandiri untuk retail dan Kopra untuk mengelola klien wholesale.
Kedua, Bank Mandiri memiliki satu single source of truth untuk mengelola data dan memberikan data yang benar. Dalam hal ini, Bank Mandiri juga bermitra dengan Cloudera sejak 2016.
“Kami mulai dari Community Edition. Waktu pengalaman kami akan kekuatan big data masih kurang. Setelah satu tahun, kami puas dengan platform itu dan memulai Enterprise Edition. Sampai sekarang, Cloudera menjadi tulang punggung kami untuk data analytics, untuk semua kegiatan yang terkait dengan analisis data, mulai dari mengelola data, standarisasi, dan mengoperasionalkannya, membuat satu single source of truth. Bagaimana memastikan bahwa data siap digunakan oleh tim data science, oleh tim analitik, atau bahkan oleh business intelligence,” ujarnya.
Selama pandemi, terjadinya pembatasan-pembatasan menjadi bagian yang sangat penting dari kegiatan perusahaan, untuk memastikan bahwa semua dasbor, reporting, manajemen portofolio, monitoring kinerja bisnis, berasal dari Cloudera sebagai source. “Kami akan membangun lebih banyak kerjasama dengan Cloudera untuk menghasilkan inovasi-inovasi dan memberikan benefit bagi kami sebagai bank. Dari perspektif teknologi, dari perspektif pengetahuan, dan teknis,” tambah Billie.
Remus Lim, Vice President, Asia Pacific and Japan, Cloudera menanbahkan ketika berbicara tentang pelanggan, kebutuhan umum mereka adalah mengelola volume data yang terus bertambah dari berbagai sumber, dan mereka ingin melakukannya dalam lingkungan hybrid. Hal ini didukung oleh Enterprise Data Maturity report Cloudera yang menunjukkan bahwa 95% pengambil keputusan bisnis senior di seluruh APAC percaya bahwa memahami semua data di seluruh arsitektur hybrid, multi-cloud, dan on premise adalah sangat berharga.
Jumlah data terstruktur yang dibuat, disimpan, disalin, dan dikonsumsi secara global telah tumbuh secara eksponensial, dan jumlah total data diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025. Untuk memahami semua data ini, perusahaan perlu memiliki strategi data enterprise.
Perusahaan-perusahaan di APAC yang memiliki strategi data enterprise yang diterapkan selama lebih dari satu tahun melaporkan pertumbuhan laba yang lebih tinggi daripada mereka yang memiliki strategi baru, dan bahkan mereka yang tidak memiliki strategi sama sekali. Pengambil keputusan senior di seluruh APAC melaporkan kerugian tahunan sebesar $805.441 sebagai akibat dari hilangnya peluang yang melibatkan data mereka.
“Angka-angka ini menjelaskan mengapa lembaga keuangan seperti Bank Mandiri berinvestasi dalam solusi big data untuk mencapai tujuan bisnis, seperti dengan meningkatkan kepuasan pelanggan, mengungkap aliran pendapatan alternatif, atau meningkatkan efisiensi operasional, kata Remus, Jumat, 16 September 2022.
Global enterprise data maturity research report dari Cloudera, yang dibuat bersama firma penelitian pasar teknologi, Vanson Bourne, mengungkap bahwa industri layanan Keuangan dan Telekomunikasi di wilayah Asia Pasifik berada di posisi terdepan dalam pengadopsian data dan analitik. Industri layanan keuangan (financial services industry/FSI) mengalami peningkatan pengeluaran sebesar 46 persen sejak awal pandemi demi mendukung inisiatif transformasi digital seperti arsitektur hybrid multi-cloud, dan data serta solusi analitik. Industri telekomunikasi juga menambah pengeluarannya sebesar 48 persen untuk inisiatif yang sama.
Baca juga: Ini Manfaat dan Risiko Cloud Computing bagi Industri Perbankan
Dengan besarnya volume data yang dihasilkan dibandingkan sebelumnya, banyak perusahaan telekomunikasi dan FSI berharap dapat memanfaatkan volume data yang masif ini dengan berinvestasi besar dalam solusi big data – solusi yang mereka harapkan bisa memenuhi target-target bisnis seperti meningkatkan kepuasan pelanggan, membuka aliran pendapatan alternatif atau meningkatkan efisiensi operasional. (*) Ayu Utami