Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kinerja ekonomi Indonesia di tengah-tengah ketidakpastian global. Namun, ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tetap kuat sejalan dengan kinerja investasi Indonesia yang masih positif.
Asal tahu saja, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal III-2022 mencapai Rp307,8 triliun. Secara kumulatif sepanjang Januari-September 2022, realisasi investasi sebesar Rp892,4 triliun atau 74,4% dari target 2022 yang sebesar Rp1.200 triliun.
“Ketahanan dan kinerja ekonomi Indonesia, ditambah dengan penentuan posisi geopolitik yang seimbang serta kebijakan luar negeri yang cekatan, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina,” ujar Ketum Golkar itu dikutip 28 Oktober 2022.
Seiring dengan target investasi yang mencapai Rp1.200 triliun pada 2022, Menko Airlangga pun berupaya menawarkan berbagai keunggulan Indonesia kepada investor global. Hal ini bukan tanpa alasan. Pertama, Indonesia merupakan bagian dari kawasan yang stabil dan masuk dalam value chain regional dan global.
Kedua, pasar Indonesia dinilai besar, terutama mengingat populasi Indonesia dengan pendapatan per kapita yang terus meningkat. Ketiga, potensi proyek investasi yang berkualitas dan konsisten dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi realisasi target investasi pemerintah tidak akan melenceng jauh dari target. Pemerintah menetapkan target investasi 2022 sebesar Rp1.200 triliun. “Jadi, sampai akhir tahun ini realisasi investasi diperkirakan akan mendekati target investasi pemerintah,” kata Joshua.
Menurutnya, realisasi investasi pada 3Q22 tercatat tumbuh 42,1% yoy dengan Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh 63,6% yoy dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh 22,5%yoy. Ia menjabarkan dari sisi PMDN, sektor-sektor ekonomi yang mencatatkan nilai investasi yang tinggi antara lain transportasi, pergudangan, perumahan, kawasan industri serta industri makanan dan minuman.
Sementara dari sisi investor asing, sektor yang diminati antara lain industri logam dasar (hilirisasi nikel), sektor listrik-gas-air, serta sektor pertambangan. “Dari target 2022, realisasi hingga 3Q22 telah mencapai Rp892,4 triliun atau 74,4% dari target Rp1.200 triliun,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad menyebut capaian investasi tahun ini cukup fantastis, namun agak berat untuk mencapai target pada akhir tahun.
“Trendnya memang agak berat untuk Rp1200 triliun itu tercapai pada akhir tahun. Beratnya adalah shift pada serangan ketidakpastian di Kuartal IV. Maka tantangannya ada di Investasi,” tegas Tauhid.
Meski agak berat tercapai, namun kabar baiknya BKPM mencatat kontribusi realisasi investasi PMA melonjak 44,5% dibanding periode yang sama pada tahun 2021 lalu, yaitu sebesar Rp479,3 triliun (53,7%). Ini karena Indonesia memiliki fundamental perekonomian yang sehat dan menarik bagi investor. (*)