Jakarta – Pertumbuhan industri fintech di Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari naiknya jumlah penyelenggara fintech yang memiliki status perizinan, ragam layanan keuangan digital yang ditawarkan, serta tingkat pemanfaatannya di masyarakat.
Menurut laporan dari CCAF, ADB Institute dan Fintech Space, lebih dari 17% penyelenggara fintech di ASEAN berada di Indonesia, atau kedua terbanyak setelah Singapura. Ragam layanan keuangan digital yang ditawarkan oleh penyelenggara fintech di Indonesia kepada masyarakat saat ini juga sudah
semakin beragam.
Oleh karena itu, pemanfaatan bursa, khususnya melalui Initial Public Offering (IPO) bisa menjadi salah satu opsi untuk mendukung permodalan penyelenggara fintech yang umum dilakukan diluar negeri, namun saat ini di Indonesia belum banyak digunakan.
Guna membahas potensi mekanisme IPO dalam rangka mendukung permodalan penyelenggara fintech di Indonesia, termasuk potensi dan tantangannya, maka Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bekerjasama dengan PT Bursa Efek Indonesia melalui IDX Incubator menyelenggarakan FinTech Talk dengan tema “Akselerasi Pertumbuhan Perusahaan Fintech Melalui Pasar Modal Indonesia dengan Initial Public Offering (IPO)”.
Kegiatan yang merupakan perwujudan kolaborasi dalam ekosistem sektor jasa keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta keikutsertaan penyelenggara fintech dalam Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Pandu Patria Sjahrir selaku Komisaris PT Bursa Efek Indonesia, menyampaikan bahwa secara umum perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia, termasuk fintech, sudah cukup mature untuk bisa go public. Meskipun demikian, ia menyadari bahwa pemahaman investor publik di Indonesia mengenai perusahaan teknologi masih perlu
ditingkatkan.
“Terkait dengan cara menilai perusahaan, misalnya, publik cenderung melihat berapa price to earning (PE), padahal terdapat cara-cara lain dalam melakukan penilaian. Sedangkan untuk regulasinya, saat ini BEI terus berdiskusi dengan OJK mengenai beberapa hal,” jelas Pandu melalui keterangan resminya di Jakarta, Kamis 1 April 2021.
Tak hanya itu, dirinya juga optimis, fintech di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan lebih banyak lagi, sehingga akan berperan sangat besar terutama dari sisi inklusi keuangan dan ini bisa menjadi masa depan Indonesia.
Pertumbuhan industri fintech diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan percepatan digitalisasi serta literasi keuangan masyarakat. Performa dari perusahaan/penyelenggara fintech juga diekspektasi akan terus meningkat, meski tidak lepas dari berbagai tantangan termasuk permodalan perusahaan.
Terkait dengan hal ini, Survei Anggota Tahunan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) 2019/2020 menunjukkan bahwa ±28% perusahaan fintech mendapatkan permodalannya dari ekuitas swasta, 23% dari dana sendiri, 19% dari angel investor, dan 13% dari modal ventura (venture capital).
“Saya mengapresiasi kerjasama dan dukungan yang baik dari Bursa Efek Indonesia kepada para pelaku di industri fintech Tanah Air,” kata Dickie Widjaja, Wakil Sekretaris Jenderal AFTECH.
FinTech Talk ini juga menghadirkan narasumber: Hendra Ahmad Hidayat (Kepala Unit Evaluasi dan Pemantauan, PT Bursa Efek Indonesia), Kerry Rusli (Direktur Corporate Finance/Investment Banking, Sinarmas Sekuritas), dan Suwandi (Chief Executive Officer, Cashlez) sebagai Pembicara serta Rama Mamuaya (Chief Executive Officer Dailysocial.id & Director DSInnovate.com) sebagai Moderator. (*)
Editor: Rezkiana Np