Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 28 Februari 2025 telah terdapat delapan perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Adapun dana yang dihimpun mencapai Rp3,70 triliun.
Kedelapan perusahaan tersebut melangsungkan IPO di BEI pada Januari yang lalu, sementara pada Februari belum ada perusahaan yang melakukan aksi korporasi serupa.
Jika melihat kondisi pasar pada bulan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang mengalami kontraksi yang cukup signifikan. IHSG mengalami penurunan sebanyak 6,63 persen dalam sebulan terakhir dan menyentuh level terendahnya di 6.270,59 pada perdagangan 28 Februari 2025.
Baca juga: Jurus OJK Tingkatkan Kualitas Emiten yang Mau IPO
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengatakan bahwa, perusahaan yang akan melakukan pelaksanaan IPO tentunya memerhatikan kondisi pasar terlebih dahulu.
Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan, penentuan waktu yang tepat juga perlu dilakukan untuk mengukur seberapa tinggi minat dari para investor terhadap perusahaan yang akan melakukan IPO.
“Jadi betul kondisi pasar itu sangat menentukan. Tetapi sampai saat ini kami belum melihat adanya penundaan atau pembatalan dari calon emiten yang akan IPO. Sampai saat ini kami belum melihat hal tersebut,” ucap Inarno dalam Konferensi Pers RDKB dikutip, 5 Maret 2025.
Lebih lanjut, Inarno menyatakan bahwa, hingga saat ini masih terdapat 20 calon emiten yang masuk ke pipeline untuk melakukan pencatatan saham yang berasal dari berbagai sektor.
Baca juga: Ditanya Soal IPO, Begini Jawaban BCA Digital
“Salah satunya adalah dari sektor manufaktur, food and beverage, transportasi dan juga beberapa bergerak di bidang jasa lainnya. Namun demikian untuk detailnya kami memang belum bisa untuk share,” imbuhnya.
Berdasarkan data pipeline IPO di BEI per 28 Februari 2025 terdapat 24 calon perusahaan, di mana 23 perusahaan adalah perusahaan dengan aset skala besar, dan sisanya merupakan perusahaan dengan aset skala menengah. (*)
Editor: Galih Pratama