Jakarta–Ada yang menarik pada paparan kuartal tiga Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) tahun 2015. Mengikuti fluktuasi di pasar keuangan selama sembilan bulan terakhir lalu, hasil investasi asuransi jiwa turun. Meski begitu, kepercayaan terhadap industri asuransi di Indonesia bukannya turun tetapi naik.
Wajah Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim, hari Senin, 7 Desember 2015 lalu nampak cerah. Berkemeja batik lengan panjang, pagi itu, Hendrisman ditemani Ketua Bidang Regulasi AAJI, Maryoso Sumaryono dan juga Ketua Bidang Keanggotaan dan Komunikasi AAJI, Christine Setyabudhi.
Di kuartal tiga lalu, Hendrisman menyebut bahwa pendapatan premi 53 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia mencapai sebesar Rp100,80 triliun. Angka ini naik 16% dibandingkan dengan perolehan preminya di kuartal tiga tahun 2014 lalu sebesar Rp86,92 triliun. Sebesar 57% dari pendapatan premi industri, sebut Hendrisman, dikontribusikan dari pendapatan premi bisnis baru sebesar Rp57,60 triliun.
“Ini menunjukan ketahanan industri asuransi jiwa di tengah dinamika pasar,” sebut Hendrisman di Rumah AAJI, Jalan Talang Betutu, Jakarta Pusat, Senin 7 Desember 2015 kemarin.
Mengikuti kenaikan premi, jumlah tertanggung asuransi jiwa juga mengalami kenaikan. Baiknya, kenaikan jumlah tertanggung individu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tertanggung kumpulan. Selama kuartal tiga, jumlah tertanggung individu naik 10,1% menjadi 39,92 juta orang. Sementara jumlah tertanggung kumpulan per September 2015 lalu hanya mengalami kenaikan 1,5% menjadi 16,74 juta orang.
“Ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan asuransi jiwa semakin baik,”tambah Christine.
Wajar saja, selama ini, penetrasi asuransi di Indonesia yang rendah selalu menjadi momok bagi perkembangan asuransi nasional. September lalu, OJK mencatat tingkat penetrasi asuransi konvensional baru mencapai 2,51%. Angka ini masih tertinggal dibandingkan dengan angka penetrasi asuransi di negeri tetangga seperti Malaysia yang sudah mencapai 4,9% atau Thailand yang mencapai 4,7%. Di tengah perlambatan ekonomi, kenaikan angka tertanggung ini pun perlu diapresiasi.
Terkait dengan hasil investasi, Hendrisman melanjutkan, industri asuransi jiwa bergerak sejalan dengan kondisi di pasar keuangan. Akibat ketidakpastian di perekonomian global, hasil investasi AAJI mengalami penurunan Rp15,91 triliun di kuartal ketiga lalu. Di periode yang sama tahun lalu, hasil investasi AAJI tercatat sebesar Rp30,21 triliun.
“Namun ada yang luar biasa. Ini jarang terjadi sebelum-sebelumnya. Hasil investasi turun tetapi dana kelolaan asuransi jiwa justru naik,” sebut Hendrisman yang juga direktur utama di asuransi Jiwasraya ini.
Di kuartal ketiga lalu, AAJI mencatat, dana kelolaan mereka naik menjadi Rp307,29 triliun. Di periode yang sama tahun 2014 lalu, dana kelolaan industri asuransi jiwa sebesar Rp292,61 triliun. Pencapaian ini, jelasnya, menyimpulkan bahwa masyarakat sudah paham bahwa asuransi jiwa adalah kebutuhan jangka panjang dan tidak hanya terpengaruh kondisi pasar keuangan di jangka pendek.
Industri asuransi jiwa sendiri, paparnya, tanggap situasi. Semenjak pasar saham turun, penempatan investasi di saham mulai dikurangi. Biasanya, penempatan investasi di saham memegang porsi paling besar. Namun, saat ini, industri asuransi jiwa bergeser ke reksadana dan juga deposito yang memiliki risiko lebih kecil.
Dana kelolaan industri asuransi jiwa di reksadana di kuartal tiga lalu mencapai Rp93,75 triliun. Sedangkan dana kelolaan di deposito sebesar Rp59,54 triliun. Adapun penempatan dana di saham kini sebesar Rp70,18 triliun.
“Di kuartal keempat, kondisi pasar saham sudah lebih baik meski masih ada fluktuasi. Karena itu, pelaku asuransi jiwa adalah Terkait dengan kebijakan investasi, kami rasa sampai akhir tahun dan awal tahun ke depan masih lebih akan ke reksadana,” papar Hendrisman menjawab pertanyaan wartawan.
Melihat pencapaian sembilan bulan ini, Hendrisman yakin ke depan, industri asuransi jiwa di Indonesia masih bisa tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Di tahun depan, melihat tren selama beberapa tahun terakhir, dia yakin industri asuransi jiwa akan mengalami pertumbuhan di angka 20-30%.(*) Gina Maftuchah