Output Minyak Dunia Tidak Berkurang

Output Minyak Dunia Tidak Berkurang

oleh Agung Galih Satwiko

 

 

PASAR saham Asia hari Selasa 16 Februari 2016 umumnya ditutup menguat. Rally di pasar saham di Eropa dan Asia hari sebelumnya diikuti oleh pasar Asia kemarin. Harga minyak yang naik (pada sesi Asia) dan turunnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap volatilitas di pasar saham China turut menambah sentimen positif. Indeks Nikkei naik 0,20%, Shanghai composite naik 3,31%, indeks Hang Seng Hongkong naik 1,08%, KOSPI Korea naik 1,40%, dan STI Singapura naik 1,42%. Pasar Eropa sedikit melemah setelah data sentimen ekonomi Jerman di bawah ekspektasi dan laporan bahwa produsen minyak besar dunia seperti Rusia dan Arab Saudi hanya sepakat untuk tidak menaikkan produksi minyak, bukannya sepakat untuk menurunkan produksi minyak. FTSE 100 Inggris naik 0,65%, DAX Jerman turun 0,78%, CAC 40 Prancis turun 0,10% dan IBEX 35 Spanyol turun 0,50%. Pasar ekuitas US ditutup menguat meskipun harga minyak akhirnya turun. DJIA naik 1,39%, S&P 500 index naik 1,67%, dan NASDAQ composite naik 2,27%. Pagi ini pasar Asia dibuka menguat, Nikkei naik 1% dan Kospi Korea naik 0,3% (08.15 WIB).

Pada bulan Januari, korporasi di China melakukan rekor financing terbesar bulanan sepanjang sejarah China dengan membukukan financing sebesar 3,42 triliun Yuan (USD525 miliar). Angka ini jauh di atas perkiraan pengamat yaitu sebesar 2,2 triliun Yuan. Dari jumlah tersebut 2,51 triliun Yuan merupakan pinjaman dari perbankan dan sisanya penerbitan obligasi korporasi. Perbankan di China nampak agresif untuk melakukan front loading penyaluran kredit yang tentunya akan dapat dirasakan dampaknya terhadap perekonomian China dalam beberapa waktu ke depan. Sementara itu korporasi di China juga banyak melakukan refinancing dalam Yuan dan melunasi financing dalam mata uang lain.

Bloomberg melaporkan bahwa investor asing masih mencatat net outflow dari pasar ekuitas di Asia, kecuali Indonesia. Investor asing tercatat menjual kepemilikan sahamnya di negara-negara Asia seperti Jepang, India, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Thailand dan Vietnam dan mengalihkannya ke Indonesia. Year to date India mencatat net outflow USD2,1 miliar, Korsel net outflow USD2,8 miliar, Thailand net outflow USD397 juta, Vietnam dan Filipina masing-masing net outflow sebesar USD78 juta dan USD66 juta. Sementara di Indonesia justru net inflow sebesar USD138 juta. Demikian juga dengan net inflow di SBN. Hal-hal tersebut mendorong penguatan Rupiah sekitar 3,3% ytd. Sentimen positif di Indonesia semakin meningkat pascakebijakan revisi daftar negatif investasi.

Masih dari Asia, Bank of Korea mempertahankan tingkat bunga acuan sebesar 1,5% (tingkat bunga repo tenor 7 hari). Sementara itu kepemilikan UST oleh China dan Jepang mengalami penurunan sepanjang bulan Desember 2015. China merupakan pemegang terbesar UST dengan kepemilikan sebesar USD1,25 triliun, turun USD18,4 miliar dibanding bulan sebelumnya. Penurunan tersebut karena PBOC yang berupaya mempertahankan nilai Yuan. Sementara di tempat kedua, Jepang memegang UST sebesar USD1,12 triliun, turun USD22,4 miliar dibanding bulan sebelumnya. Meskipun terjadi penurunan kepemilikan oleh investor di luar AS, namun pasar UST yang sangat dalam dan likuid tidak membuat yield UST meningkat karena penjualan tersebut. Banyak hedge fund dan fund manager di pasar AS yang siap menampung penjualan UST oleh investor di luar AS.

Dari Eropa, data sentimen ekonomi Jerman bulan Februari turun ke level terendah dalam satu setengah tahun terakhir, mengikuti kekhawatiran akan volatilitas pasar keuangan dan memburuknya kondisi perekonomian global. Indikator ZEW untuk ekspektasi ekonomi turun ke level 1,0 dibandingkan 10,2 yang tercatat pada bulan Januari lalu. Sementara indikator ZEW untuk kondisi ekonomi terkini bulan Februari turun ke 52,3 dibandingkan 59,7 pada bulan Januari. Sementara itu presiden ECB Mario Draghi menyatakan bahwa ECB tidak akan ragu untuk bertindak dan memberikan stimulus tambahan di bulan Maret jika dalam perkembangan ke depan ECB merasa bahwa volatilitas pasar keuangan dan rendahnya harga minyak membuat tujuan pencapaian inflasi zona Eropa terganggu. Pelaku pasar memperkirakan ECB akan menurunkan tingkat bunga acuan sebesar 0,10% menjadi minus 0,40%.

Sementara dari AS, data indeks manufaktur Empire State New York tetap di teritori negatif, yaitu minus 16,6 pada bulan Februari dibandingkan minus 19,4 pada bulan Januari. Sementara data sentimen di antara developer perumahan di AS bulan Februari sedikit turun yaitu dari 61 pada bulan Januari menjadi 58 pada bulan Februari (Wells Fargo Housing Market Index). Secara umum sektor perumahan AS berkebalikan dengan sektor industri. Sektor perumahan AS terus tumbuh, baik rumah baru maupun bekas, sementara sektor industri turun karena lemahnya permintaan dan kuatnya USD.

Harga minyak dunia ditutup turun setelah pelaku pasar memperoleh kabar bahwa tidak ada pengurangan produksi minyak. Arab Saudi, Rusia, Venezuela dan Qatar hanya setuju untuk mempertahankan produksi minyak ke depan pada level produksi bulan Januari lalu. Namun persetujuan ini pun hanya terjadi jika Negara pengekspor minyak lainnya mengikuti kesepakatan tersebut. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman Maret turun USD0,40 (1,4%) ke level USD29,04 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April turun USD1,21 (3,6%) ke level USD32,18 per barrel.

Yield UST naik seiring dengan mulainya periode penawaran obligasi korporasi oleh korporasi di US. Rendahnya yield UST mulai membuat korporasi US melakukan financing melalui penerbitgan obligasi korporasi. Apple menawarkan obligasi sebesar USD12 miliar kemarin. Comcast dan IBM juga sudah ada di pipeline. Yield UST 10 year naik 3 bps ke level 1,78%. Sementara UST 30 year naik 4 bps ke level 2,64%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 49 bps (akhir tahun lalu 2,27%).

IHSG ditutup naik 4,28 poin (0,09%) ke level 4.745,00. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 3,30% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah melemah Rp16 ke level Rp13.395 per Dolar AS. (*)

Related Posts

News Update

Top News