Jakarta – Artifical Intelligence (AI) telah mengalami perkembangan pesat dan mengubah pelbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pengelolaan sumber daya manusia (HR).
Bahkan, perusahaan besar seperti Microsoft, Google hingga Amazon berlomba mengembangkan teknologi AI paling mutakhir dalam menyokong kemajuan perusahaan.
Penggunaan AI dalam HR dapat memberi banyak manfaat, termasuk peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam pengelolaan tenaga kerja.
Namun, seperti halnya dengan teknologi lainnya, AI juga bisa menjadi ancaman yang perlu diantisipasi oleh praktisi HR agar bisa memanfaatkannya secara optimal.
Jobseeker Company, sebagai perusahaan rekrutmen di Tanah Air membahas inovasi AI terhadap HR pada dalam talkshow ‘Hiring Talks with Helmy Yahya bicara’ bertajuk Optimalisasi AI pada HR: “Jadi Kawan atau Lawan?” pada Kamis, (19/10).
Baca juga: Teknologi AI di Sektor Keuangan Akan Geser Peran Manusia? Begini Tanggapan Bos PTEN
CEO dan Founder Jobseeker Company Chandra Ming menjelaskan, kehadiran teknologi akan selalu membantu manusia seutuhnya. Di mana, perbedaan pekerjaan HR di masa lalu yang masih manual kini bertransformasi ke arah digital. Kompetensi harus ditingkatkan agar mutu pekerjaan semakin tinggi.
“Salah satunya bagaimana AI akan membantu pekerja meningkatkan produktivitas dan menghemat waktu berharga. Inilah mengapa Jobseeker Company bersama ‘Helmy Yahya Bicara’ berkolaborasi membuat acara ini,” katanya, dikutip Jumat, 20 Oktober 2023.
HR Advisor ASEAN Center for Biodiversity Audi Lumbantoruan mengatakan, teknologi AI akan bekerja seperti asisten virtual yang akan mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Di mana, AI membuat dan mengirimkan formulir digital, dan memandu karyawan baru melalui hak dan manfaat mereka serta proses orientasi.
“Jika Anda seorang profesional SDM yang tertarik untuk mengeksplorasi penggunaan AI di perusahaan Anda, Anda tidak perlu memahami setiap detail tentang perangkat lunak, program, dan aplikasi yang merupakan bagian dari AI. Sebaliknya, akan lebih bermanfaat jika Anda mendekati AI dari perspektif bisnis,” jelasnya.
Baca juga: Risiko Penggunaan Teknologi AI Bagi Ekonomi, Bos BI Ungkap Fakta Sebenarnya
Tak ayal, para pembicara menjelaskan bagaimana teknologi ini akan menjadi pendamping, dan bermanfaat secara efektif dalam pekerjaan HR.
“Kita selaku praktisi HR harus dapat melakukan identifikasi masalah secara spesifik, melakukan pemetaan semua area sehingga mengetahui apa saja yang harus diperbaiki,” sambungnya.
HRGA Director PT Bridgestone Tire Indonesia, dan Chairman of Steering Committee GNIK Dr. Yunus Triyonggo menambahkan, pendekatan ini memberikan dasar yang kuat untuk dibangun dan dapat diterapkan pada beberapa area utama.
Di mana, AI kemungkinan besar akan memainkan peran penting, termasuk didalamnya bagian rekrutmen dan seleksi.
“Kinerja dan pengembangan karyawan, analisis SDM dan pengambilan keputusan. Ini membuktikan pemanfaatan AI terhadap area kerja HR yang sangat luas,” ujarnya.
AI Jadi Kawan atau Lawan?
CEO Nusameta, WIR Group Stephen Ng mengungkapkan, kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi untuk merevolusi bidang HR. Dengan AI, profesional HR dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas dan empati.
Sementara AI dapat membantu mereka dengan tugas-tugas yang lebih rutin dan administratif. AI juga dapat digunakan untuk otomatisasi tugas-tugas administratif, seperti proses rekrutmen dan onboarding.
Manfaat lain AI, kata dia, yakni dapat digunakan untuk menganalisis data karyawan dengan lebih akurat daripada manusia. Hal ini dapat membantu profesional HR membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal rekrutmen, pelatihan, dan pengembangan karyawan.
“Pengembangan AI untuk HR masih terus berlangsung. Namun, sudah banyak perusahaan yang mulai menerapkan AI dalam bidang ini. Dengan penerapan dan pengembangan AI yang tepat, HR dapat menjadi lebih efektif dan efisien, serta memberikan manfaat yang lebih besar bagi karyawan dan perusahaan,” bebernya.
Namun, di satu sisi pihaknya menilai ada beberapa hal yang harus diantisipasi dari teknologi AI oleh para praktisi HR, antara lain, pertama, HR harus jeli saat melakukan proses rekrutmen. Beberapa kandidat berkualitas bisa saja tersingkir karena perbedaan algoritma yang telah ditentukan. Aspek penilaian budaya dan soft skill terabaikan. Berakibat hilangnya potensi keragaman dan inovasi dalam angkatan kerja.
Baca juga: Industri Perbankan Harus Siapkan 3 Hal Ini Hadapi Perkembangan Teknologi 2024
Kedua, hubungan dalam sebuah proses perjalanan pelatihan antar karyawan sangatlah penting. Sistem AI tidak dapat membangun hubungan, memberikan dukungan, dan berinteraksi antar manusia. Ketiga, mengandalkan algoritma AI untuk pengambilan keputusan dapat melemahkan unsur intuisi dan penilaian manusia.
Pentingnya Kepemimpinan SDM di Era AI
Helmy Yahya selaku moderator menekankan salah satu kunci penting dalam diskusi tersebut. Menurutnya, ,eskipun AI dan otomatisasi akan berdampak signifikan pada masa depan pekerjaan, keterampilan manusia dan kecerdasan emosional tetap penting.
“Pemimpin SDM yang berpikiran maju memahami pentingnya menyeimbangkan teknologi dengan interaksi manusia untuk menciptakan lingkungan kerja yang holistik,” katanya.
Lanjutnya, ketika AI dan otomatisasi semakin meluas, isu-isu etis seperti privasi data dan bias dalam pengambilan keputusan dapat muncul. Pemimpin SDM yang berfokus pada masa depan akan tetap menyadari masalah ini, dan secara proaktif mengatasinya untuk menjaga reputasi dan integritas organisasi.
Dengan memanfaatkan teknologi AI secara bertanggung jawab dan etis, pekerja HR dapat menyongsong masa depan dengan lebih percaya diri, terus berinovasi, dan meningkatkan kompetensinya dalam organisasi.
Kuncinya terletak pada pemahaman bahwa AI dapat menjadi teman bagi SDM ketika digunakan sebagai kekuatan pelengkap yang meningkatkan kemampuan manusia, bukan sebagai musuh yang menggantikannya. (*)