Bandar Lampung – Market bank perkreditan rakyat (BPR) semakin sempit karena harus bersaing dengan bank-bank besar dan fintech. Meski demikian industri BPR memiliki keunggulan tersendiri dari sisi kedekatan dengan masyarakat dan layanan lebih cepat dan mudah.
“Mereka lebih agile, lebih cepat layanannya dibandingkan dengan bank umum. Kemudian kalau dari sisi ke dekatan geografis BPR harusnya lebih menang,” ungkap Kepala OJK Provinsi Lampung, Bambang Hermanto dalam wawancara dengan Infobank, di kantor pusat OJK Lampung, ditulis 14 November 2021.
Provinsi Lampung sendiri saat ini dihuni oleh 24 BPR dengan 80 jaringan kantor. Total kredit BPR per September 2021 menvapai Rp10,55 triliun meningkat 4,39 persen secara tahunan. Sedangkan total DPK meningkat dari Rp6,85 triliun per September 2020 menjadi Rp6,9o triliun di September 2021.
Untuk memperkuat daya saing BPR, OJK melihat permodalan merupakan salah satu faktor utama. Oleh karena itu, OJK telah mengeluarkan POJK Nomor 5/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR untuk memenuhi kewajiban modal inti yakni Rp3 miliar di 2020 dan Rp6 miliar pada 2024.
“Ini memberikan sinyal kepada industri (BPR) agar kalau tetap mau bersaing, permodalannya harus diperkuat,” ujar Bambang. (*) Dicky F.