Tapi di banding Sigit Pramono, Wimboh Santoso yang menghabiskan masa mudanya di Solo boleh jadi lebih memiliki kedekatan kultur dengan Presiden Jokowi. Kalangan industri keuangan memperkirakan, apabila Wimboh Santoso yang terpilih maka tidak ada yang berubah di OJK. Wimboh memiliki latar belakang karir yang mirip dengan Muliaman D Hadad, Ketua DK OJK sebelumnya. Kedua sama-sama memulai karir dan besar di Bank Indonesia (BI) dan mengantongi gelar doctor of philosophy dari luar negeri. Bedanya, posisi terakhir Muliaman di BI sudah mencapai Deputi Gubernur BI, sementara Wimboh hanya menjabat sebagai Kepala Perwakilan BI di Cabang New York sebelum pensiun. Tapi, setelah pensiun Wimboh menjadi Direktur International Monetary Fund (IMF) sampai kemudian ditunjuk pemerintah menjadi Komisaris Utama Bank Mandiri sejak akhir 2015.
Jika pemerintah dan DPR puas dengan kepemimpinan OJK seperti lima tahun terakhir, mungkin Wimboh Santoso yang akan terpilih. Tapi jika presiden dan OJK percaya dengan apa yang menjadi pertimbangan Pansel untuk menghadirkan kepemimpinan yang lebih kuat untuk sebuah otoritas keuangan yang terpercaya, maka Sigit Pramono yang terpilih. Yang jelas, stakeholders lain yaitu kalangan industri keuangan dan perbankan sangat mengharapkan bahwa OJK harus dipimpin oleh orang-orang yang bukan saja pintar, tapi juga mengerti karena sudah mengalami bagaimana menjalankan lembaga keuangan. Mereka berharap dengan adanya praktisi di jajaran DK maka kebijakan OJK bisa lebih market friendly. Kalangan industri keuangan dan perbankan juga sangat menginginkan bahwa iuran yang mereka setor ke OJK yang setiap tahun meningkat itu dikembalikan sesuai tujuannya yaitu untuk peningkatan industri.
Proses pemilihan para pimpinan OJK yang panjang pun menunjukkan betapa OJK adalah sebuah lembaga otoritas yang sangat penting. Karena sangat penting, orang-orang yang ada di dalamnya apalagi yang memimpin harus merupakan orang pilihan yang masuk ke OJK karena keinginan untuk mengabdi, bukan “sukarelawan” yang tertarik masuk karena motif ekonomi atau “disponsori” pihak-pihak tertentu. OJK harus dipimpin oleh orang-orang yang tidak hanya memiliki track record, kemampuan, dan integritas, tapi juga sangat kaku dan independen dalam pemikiran, berani menyatakan pendapat, mengerti seluk beluk perbankan dan keuangan, dan mendapatkan kepercayaan dari seluruh stakeholders untuk duduk di posisi tersebut. Karena OJK adalah lembaga otoritas yang mengawasi industtri dengan aset sekitar Rp16.000 triliun, kualitas orang-orang yang memimpin OJK menjadi sangat penting dan jangan sampai gagal menjalankan fungsinya sehingga pengawasan harus dikembalikan ke bank sentral seperti terjadi di beberapa negara lain.
Penulis adalah Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Infobank