Jakarta – Serangan siber di Indonesia terus meningkat, dan sebagian besar menyerang sektor keuangan dan perbankan, apa mitigasi risiko yang harus dilakukan?
Berdasarkan laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sepanjang tahun 2023 tercatat sebanyak 361 juta serangan siber terjadi di Indonesia. Artinya, per hari ada 989.041 serangan siber.
Yang mengkhawatirkan, dari seluruh sektor yang terdampak, sektor keuangan menjadi salah satu yang paling sering diserang, menandakan tingginya tingkat risiko di industri ini.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, sektor jasa keuangan, sebagai bagian dari infrastruktur informasi vital nasional, perlu memiliki kerangka keamanan siber yang efektif, adaptif, dan responsif dalam menghadapi dinamika ancaman digital yang semakin kompleks.
Baca juga: Kejahatan Siber Berbasis AI di Indonesia Naik 3 Kali Lipat, Begini Strategi Menangkalnya
Menurut Revie Fayanti, CEO Synergy Partner Prima, meningkatnya frekuensi serangan siber di sektor jasa keuangan, seperti yang dilaporkan oleh BSSN dan diperkuat oleh OJK, menjadi pengingat bahwa transformasi digital harus diiringi dengan kewaspadaan serta kesiapan yang memadai.
“Kejahatan siber telah menjadi ancaman sistemik yang memerlukan pendekatan mitigasi secara komprehensif,” ujar Revie Fayanti dalam rilis yang diterima Infobanknews, Senin (7/7).
Kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi digital, serta investasi berkelanjutan dalam teknologi keamanan, kata dia, menjadi fondasi penting untuk menjaga kepercayaan publik dan stabilitas sektor perbankan digital.
Institusi keuangan kini, lanjut dia, tidak hanya dituntut untuk berinovasi pada produk dan layanan, namun juga wajib memperkuat sistem pertahanan mereka dari berbagai bentuk ancaman digital yang terus berevolusi.
“Pemahaman mendalam mengenai evolusi kejahatan siber di sektor perbankan sangat penting agar bank, regulator, dan nasabah dapat bersama-sama menghadapi risiko ini,” sarannya.
Tanpa langkah antisipatif yang tepat, lanjut dia, kejahatan siber bisa merusak kepercayaan publik terhadap sistem perbankan digital.
“Sebagai bentuk kontribusi nyata, kita (Synergy Partner Prima) bersama para pakar di bidang keamanan siber menginisiasi diskusi ‘Kejahatan Siber di Era Digital’ di Hotel Mulia pada Rabu, 16 Juli 2025 mendatang,” ungkapnya.
Diskusi ini, kata dia, untuk membuka wawasan dan mengedukasi para peserta mengenai bahaya nyata dari kejahatan siber dalam dunia perbankan digital yang sering kali tidak disadari namun sangat merugikan.
Baca juga: Makin Agresif! Ini Tren Serangan Siber yang Patut Diwaspadai
“Dalam sesi-sesi diskusi, akan dibahas mengenai evolusi ancaman, serta mengapa pelaku kejahatan digital kerap berada selangkah lebih maju dari sistem keamanan,” jelasnya.
Dalam diskusi tersebut, kata dia, akan dijelaskan secara mendalam mengenai strategi pertahanan digital, serta bagaimana lembaga keuangan, pelaku usaha, dan individu dapat memperkuat sistem keamanan dan meminimalkan risiko serangan.
“Kita mendorong terbentuknya kolaborasi dan kesiap-siagaan, serta membangun kesadaran bahwa perang digital bukan hanya tugas divisi IT, tetapi tanggung jawab bersama antara institusi, regulator, dan penyedia layanan digital,” paparnya. (DW)
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More