Kuala Lumpur – Maybank mengumumkan pencapaian kinerja akhir 2019 dengan membukukan laba bersih sebesar RM8,2 miliar, atau naik tipis dari RM8,11 miliar pada 2018. Hal tersebut ditopang oleh pendapatan bersih 4QFY19 yang naik 5,3% menjadi RM2,45 miliar dari tahun lalu.
Sementara untuk laba sebelum pajak (PBT) sebesar RM11 miliar untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2019 (FY2019), atau naik dari RM10,9 miliar tahun lalu.
Pencapaian tersebut didukung kinerja yang kuat pada Community Financial Services, Islamic banking dan segmen asuransi & takaful, serta khususnya kinerja kuartal-empat yang kuat (4QFY19) dimana Group mencatat PBT sebesar RM3,26 miliar, naik 5,4% dari tahun lalu. Ini didukung peningkatan pendapatan operasional bersih 4,6% menjadi RM24,7 miliar.
Maybank Chairman, Datuk Mohaiyani Shamsudin mengatakan meskipun di tengah iklim ekonomi yang menantang selama 2019, kinerja Group yang solid mencerminkan kekuatan dan ketahanan Group.
“Kami berharap untuk tahun yang lebih baik, ketidakpastian masih ada, yang diperkirakan akan berdampak pada prospek ekonomi global dalam waktu dekat. Meskipun demikian, kami akan mengandalkan kemampuan kami untuk berinovasi, mengimplementasikan service excellence dan tetap konsisten pada misi kami humanising financial services untuk melanjutkan posisi kami pada tahun mendatang,” ujar Datuk melalui keterangan resminya di Jakarta, Kamis 27 Febuari 2020.
Direksi mengusulkan deviden single-tier final sebesar 39 sen per saham, dimana bersama dengan deviden interim sebesar 25 sen per saham, menjadikan seluruh deviden tunai full-year sebesar 64 sen per saham. Ini berarti pembayaran deviden full year mencapai 87,8%, sebesar RM7,19 miliar.
Untuk pendapatan operasional bersih Maybank tercatat sebesar RM24,74 miliar pada FY19 didkukung kenaikan net fee based income sebesar 10,7% dan peningkatan fund based income sebesar 2,2%. Perbaikan ini berasal dari peningkatan kontribusi seluruh sektor bisnis dengan contributor terbesar dari Insurance & Takaful.
Tak hanya itu, untuk Pertumbuhan Kredit & Simpanan Group terus mengelola neraca keuangan sesuai dengan postur risiko, memastikan baik pertumbuhan kredit maupun simpanan seimbang untuk mempertahankan Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin-NIM) dan mengurangi surplus likuiditas, Kredit bruto Group naik 1,2% pada FY19 – didukung oleh pertumbuhan yang sehat di operasional Malaysia, yang lebih tinggi dari pertumbuhan industri dengan ekspansi kredit sebesar 4,9%.
Simpanan Group juga tercatat naik 1,6% selaras dengan ekspansi kredit, dipimpin Singapura sebesar 4,6% dan Malaysia 2,2%. NIM FY19 turun tipis sebesar 6 basis points menjadi 2,27% dibanding 2,33% pada FY18.
Maybank juga terus menjaga posisi likuditas yang sehat dengan Rasio Liquidity Coverage sebesar 141% dan Loan-to-Deposit Rasio sebesar 92,4%. Rasio kecukupan modal sebesar 18,23% sementara rasio CET1 fully loaded berada pada 14,58%, keduanya di atas syarat regulator sebesar masing-masing 10,5% dan 7,0%.
Maybank juga mencatat net credit charge off rate sebesar 44 basis points pada FY19 masih dalam acuan 40-45 basis points didukung oleh recoveries yang bagus selama 2019. Rasio Gross Impaired Loan (GIL) sebesar 2,65% pada Desember 2019 dari 2,4% pada Desember 2018 sehubungan Group menempuh langkah proaktif untuk melakukan pencadangan bagi beberapa rekening nasabah yang terdampak iklim ekonomi yang menantang selama tahun tersebut. Meskipun demikian, net impairment losses pada 4QFY19 turun signifikan sebesar 68% dibanding kuartal sebelumnya.
PT Bank Maybank Indonesia juga mencatat peningkatan pendapatan operasional bruto 3,7% menjadi Rp10,8 triliun untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2019 dibandingkan dengan Rp10,4 triliun tahun lalu. Kenaikan terutama didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dalam periode tersebut.
Pendapatan operasional sebelum provisi naik 0,3% menjadi Rp4,4 triliun, sementara laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,8 triliun dibandingkan dengan Rp2,2 triliun tahun lalu karena adanya peningkatan pencadangan kerugian kredit sehubungan langkah konservatif yang dilakukan Bank dalam melakukan pencadangan kredit untuk portofolio pada segmen komersial yang terdampak oleh kondisi ekonomi yang menantang. (*)
Editor: Rezkiana Np