Jakarta – Perubahan iklim (climate change) terus menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan ekonomi global. Namun, dampak invasi Rusia ke Ukraina yang diikuti embargo negara-negara NATO kepada Rusia menjadi pukulan balik bagi pengembangan renewable energy maupun implementasi standar environment, social, governance (ESG). Akibat Rusia mengurangi pasokan gas, negara-negara Eropa memborong batubara, salah satunya ke Indonesia. Lalu, apakah hal tersebut akan menghentikan langkah Uni Eropa yang selama ini giat mendorong dunia internasional untuk menekan emisi karbon guna mengatasi climate change?
Muliaman Hadad, Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, mengatakan bahwa Uni Eropa tidak akan mengendurkan spirit untuk mencapai target netral karbon pada 2050 atau lebih awal. “Saya kira itu sifatnya jangka pendek, di mana negara-negara Eropa berusaha menjaga stok energi, untuk mengantisipasi musim dingin,” ujarnya kepada infobanknews, Kamis 13 Oktober 2022.
Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini menambahkan, dunia internasional termasuk Indonesia sudah memiliki komitmen untuk mencegah kenaikan suhu bumi lebih dari 1,5 derajat celsius, kendati membutuhkan biaya transisi ke renewable energy yang sangat besar. Misalnya Indonesia yang melalui Nationally Determined Contributions (NDC) berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29% dalam kondisi business as usual dan sebesar 41% kalau disupport oleh lembaga-lembaga pendukung.
“Kalau disupport oleh financing, transfer technology, dan capacity bulding bisa lebih besar dari 41% menjadi 43,2%, ini target yg disampaikan pada NDC tahun 2022,” imbuh peraih PhD dari Monash University Australia.
Menurut Muliaman, selain pembiayaan dan transfer teknologi, dukungan capacity building sangat penting untuk menurunkan emisi karbon global. “Capacity building, baik lembaga maupun manusia, baik leader maupun karyawannya. Di negara-negara maju pun banyak orang yang baru sebatas nice to know, sekedar pengetahuan, tp belum grounded, dan ini merupakan tantangan buat para leader, sehingga peran sumber daya manusia menjadi penting,” pungkas penulis buku berjudul Sustainable Financing ini. (*) KM