oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia kemarin ditutup mixed. Namun pasar saham Eropa dan Amerika melanjutkan penurunan. Meskipun isu Brexit masih membayangi, namun tidak separah hari sebelumnya. Kini investor menanti hasil pertemuan FOMC (AS) dan BOJ. Indeks Nikkei Jepang turun 1% dan Hang Seng Hongkong turun 0,6%. Di Eropa, DAX Index Jerman turun 1,4% sementara S&P 500 di AS turun 0,2%.
MSCI (Morgan Stanley Capital International) Inc., penyedia jasa indeks global yang banyak diacu global fund manager memutuskan untuk menunda memasukkan China A-shares (saham lokal berkapitalisasi besar yang terdaftar di bursa Shanghai dan Shenzen). MSCI menyatakan investor global masih khawatir mengenai keterbukaan dan transparansi pasar saham China, meskipun dalam beberapa tahun terakhir China telah melakukan reformasi sektor pasar keuangan yang lebih bersahabat bagi investor. MSCI Emerging Market Index sendiri kini diacu oleh sekitar USD1,5 triliun dana investasi global.
Yield German Bund tenor 10 tahun untuk pertama kalinya menyentuh level minus pada sesi perdagangan kemarin. Yield German bund tenor 10 tahun menyentuh minus 0,003% seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global khususnya terhadap hasil referendum UK tanggal 23 Juni nanti. Investor belakangan menjual risky asset dan beralih ke safe haven karena mempersepsikan naiknya volatilitas pasar keuangan global. Instrumen seperti German bund, Yen dan juga UST diburu.
Pelaku pasar mencemaskan hasil referendum UK. Dalam dua minggu terakhir hasil polling menunjukkan jumlah yang ingin meninggalkan EU lebih besar dibandingkan yang ingin tetap di EU. Kemarin ECB dan Bank of England menyatakan akan bekerja sama untuk melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga pasar keuangan di EU maupun UK tetap stabil seandainya hasil referendum nanti diputuskan UK meninggalkan EU. ECB dan Bank of England (BOE) akan melakukan full backstop terhadap pasar keuangan. ECB dan BOE akan mengefektifkan swap antara Euro dan Poundsterling sehingga kedua mata uang tersebut dapat berpindah secara cepat untuk memberikan pendanaan tak terbatas kepada perbankan di kedua yurisdiksi. Pengumuman ini semakin meningkatkan kekhawatiran investor mengenai hasil referendum UK. Morgan Stanley memperkirakan indeks saham di Eropa akan jatuh 10% – 20% jika hasil referendum menunjukkan UK keluar dari EU.
Dari AS, data penjualan ritel bulan Mei naik 0,5% dibanding bulan sebelumnya setelah hasil yang juga positif pada bulan sebelumnya (naik 1,3%). Hal ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi cukup tinggi sehingga tidak mengubah pola belanja meskipun laju pengangkatan pegawai di AS menurun (data US non-farm payroll terakhir sangat rendah).
Pascaakuisisi LinkedIn oleh Microsoft Inc. sebesar USD26,2 miliar, yang merupakan deal terbesar year to date untuk perusahaan berbasis teknologi, analis memperkirakan Google, Inc. berpotensi mengikuti jejak Microsoft dengan mengakuisisi Twitter. Basis pengguna Twitter sebanyak 300 juta user tentu menjadi asset yang berharga bagi Google. Harga saham Twitter naik 7% pascaakuisisi LinkedIn karena spekulasi tersebut.
Harga minyak dunia melanjutkan penurunan di tengah menguatnya USD dan meningkatnya ketidakpastian jelang referendum UK. Harga minyak WTI crude untuk pengiriman Juli turun USD0,4 (0,8%) menjadi USD48,5 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Agustus turun USD0,5 (1%) ke level USD49,8 per barrel. Laporan dari Energy Information Administration mengenai penurunan produksi shale gas di AS tidak mampu menahan turunnya harga minyak.
Yield UST relatif stabil. Yield UST 10 tahun turun 1 bps ke level 1,61% level terendah sejak Des 2012. Sementara yield UST 30 tahun tetap di level 2,43%. Sementara di Jerman, German bund tenor 10 tahun sempat diperdagangkan di level minus 0,003% sebelum ditutup di level minus 0,002%.
Pasar SUN kemarin ditutup melemah. Yield SUN tenor 10 tahun naik 2 bps ke level 7,65% (ytd turun 109 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup naik 14 poin (0,3%) ke level 4.822 (ytd 4,9%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp725 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp6,8 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp95 menjadi Rp13.393/USD. NDF 1 bulan ditutup melemah Rp71 ke level Rp13.438/USD. CDS 5 tahun naik 3 bps (persepsi risiko naik) ke level 202 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 28 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK