Di Indonesia, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa total kebutuhan pembiayaan nasional sekitar Rp1.600 triliun per tahun. Namun, layanan keuangan yang ada saat ini hanya mampu memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan tersebut. Atau masih ada kebutuhan pembiayaan lebih dari Rp1.000 triliun setiap tahun.
“Kami yakin bahwa inovasi Modalku bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan yang dapat mendukung inklusi keuangan dan turut memajukan ekonomi Indonesia,” jelas Reynold.
Tim riset CB Insights memilih perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Fintech 250 berdasarkan berbagai faktor, di antaranya data yang diberikan perusahaan dan Mosaic Score perusahaan-perusahaan tersebut. Mosaic Score merupakan sistem algoritme CB Insights yang mengukur kesehatan dan potensi pertumbuhan dari suatu perusahaan.
Bersama dengan perusahaan ternama dunia lain yang masuk dalam daftar Fintech 250 seperti Stripe, Ant Financial Services, Funding Circle, Dianrong, dan Robinhood, Modalku (Funding Societies) diakui di depan 1000 eksekutif senior dari seluruh dunia serta outlet media bergengsi seperti The New York Times, The Wall Street Journal, The Financial Times, Reuters, dan Bloomberg.
Di setiap negara, Modalku membangun tim lokal yang berpengalaman. Modalku fokus ke Usaha Kecil Menengah (UKM) yang layak kredit untuk memperoleh pinjaman modal usaha serta pemberi pinjaman yang mencari alternatif investasi. Modalku tumbuh menjadi platform peer-to-peer lending terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara setelah memperoleh investasi dari Sequoia India.
Sampai dengan saat ini, kata Reynold, Modalku atau Funding Societies secara kolektif telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp500 miliar ke 650 pinjaman UKM di Asia Tenggara. (*)
Editor: Paulus Yoga