Jakarta – Teknologi metaverse diprediksi dapat mendorong ekonomi digital dengan potensi 600.000 talenta digital per tahun, dan nantinya akan ada potensi 30 juta UMKM, serta kontribusi ekonomi yang bisa mencapai USD150 miliar di tahun 2025.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa teknologi metaverse harus dioptimalkan untuk kepentingan pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, melihat potensi metaverse di Indonesia yang sangat besar.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa dan ini jadi peluang usaha kita untuk bisa meningkatkan aktivitas pembiayaan dan usaha sehingga bisa membuka lapangan kerja baru dan salah satunya di space metaverse ini,” ujar Sandiaga belum lama ini.
Potensi dari teknologi metaverse tersebut juga ditanggapi positif oleh Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda, yang mengatakan bahwa cepat atau lambat perkembangan metaverse nantinya akan begitu masif diiringi dengan adopsi asset kripto dan blokchain sebagai bagian dari dunia virtual tersebut.
“Adopsi kripto dan blockchain akan mempercepat pengembangan metaverse yang memiliki potensi besar di Indonesia. Bayangkan akan banyak inovasi yang muncul saat ini akan lari ke arah metaverse di masa depan. Apa yang kita rasakan di dunia nyata, semua akan bisa terjadi juga di metaverse,” ucap Teguh seperti dikutip dari News Flash Tokocrypto.
Pria yang akrab disapa Manda itu menambahkan bahwa infrastruktur dan literasi masyarakat menjadi tantangannya. Karena jika teknologi metaverse berkembang dapat menciptakan inovasi pasar baru di segala aspek, seperti pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi.
“Infrastruktur dan literasi masyarakat menjadi tantangan perkembangan metaverse ke depan. Metaverse akan optimal jika dapat dikombinasikan dengan adopsi kripto, blockchain, NFT hingga DeFi berjalan dengan baik. Misalnya, Web3 akan jadi bagian penting metaverse sebagai gambaran terbaru dari internet ciptakan ruang terdesentralisasi di mana pengguna memiliki lebih banyak otonomi, kontrol, dan peluang koneksi tanpa otoritas pusat,” tambahnya.
Tidak hanya itu teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) akan menjadi tugas bersama yang harus diselesaikan untuk mengembangkan program metaverse. Riset PwC mengatakan kedua teknologi tersebut dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global USD1,4 triliun pada 2030, serta mampu mendorong terciptanya 23,3 juta pekerjaan baru di tahun yang sama.
Kemudian berdasarkan riset The Analysis Group di tahun 2031, kontribusi Metaverse terhadap perekonomian global mencapai USD3,01 triliun, angka tersebut setara dengan 2,8% dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Sehingga nantinya metaverse tidak hanya muncul sebagai tren baru dalam dunia virtual media sosial tetapi juga memunculkan solusi-solusi baru untuk permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. (*) Khoirifa
Editor: Rezkiana Nisaputra