Jakarta – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) berhasil mencatat peningkatan pendapatan unaudited pada kuartal IV-2024 dan sepanjang tahun 2024. Pendapatan MDKA naik masing-masing 7 persen dan 31 persen, mencapai USD575,8 juta di kuartal IV dan USD2,2 miliar sepanjang tahun.
Presiden Direktur MDKA, Albert Saputro, menyatakan pencapaian ini didukung oleh operasional emas, tembaga, dan nikel Merdeka yang sesuai dengan target panduan produksi perseroan.
“Kami terus mengembangkan proyek-proyek kelas dunia, termasuk Proyek Emas Pani yang akan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia, serta Proyek Tembaga Tujuh Bukit yang merupakan salah satu deposit tembaga belum tergarap terbesar di dunia,” ujar Albert dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 7 Februari 2025.
Baca juga: Merdeka Copper (MDKA) Mau Buyback Saham Rp600 Miliar
Secara rinci, produksi emas sepanjang 2024 mencapai 115.867 ounce (oz), sesuai dengan panduan yang ditetapkan. Total cash cost tercatat USD1.017/oz, AISC sebesar USD1.337/oz, dan ASP mencapai USD2.371/oz.
Sementara, untuk produksi tembaga, MDKA mencatat 13.902 ton sepanjang tahun 2024, berada dalam kisaran panduan 13.500 hingga 14.000 ton. Tambang Pirit-Tembaga Wetar juga melampaui panduan biaya tunai dan AISC untuk tahun 2025, dengan biaya tunai sebesar USD2,63/lb dan AISC sebesar USD3,58/lb.
Sedangkan, untuk tahun 2025, MDKA menargetkan produksi sekitar 100.000 hingga 110.000 ounce emas dan untuk tembaga sekitar 11.000 hingga 13.000 ton.
Kinerja Kuat dari Operasional Nikel MBMA
Adapun dari sisi PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatat kinerja yang kuat untuk operasional nikel, yang didorong oleh Tambang SCM (Sulawesi Cahaya Mineral). Tambang SCM mencatat rekor produksi sebesar 3,4 juta wet metric ton (wmt) limonit dan 3,0 juta wmt saprolit, meningkat masing-masing 110 persen dan 108 persen secara tahunan.
Baca juga: Tak Hanya Nikel, Hilirisasi Tembaga Bikin Penerimaan Negara Melejit
Pada periode yang sama, 2,01 juta wmt bijih saprolit dikirim ke smelter RKEF MBMA, sementara 4,1 juta wmt bijih limonit dijual ke PT Huayue Nickel Cobalt. Penjualan ini menghasilkan pendapatan unaudited sebesar USD73,2 juta dengan ASP sebesar USD17,9/wmt.
Pendapatan dari Produk Nikel
Tidak hanya itu, fasilitas pemurnian MBMA menghasilkan total 30.716 ton produk nikel, termasuk 18.823 ton nikel dalam nickel pig iron (NPI) dan 11.893 ton nikel dalam high-grade nickel matte (HGNM), yang menghasilkan pendapatan unaudited masing-masing sebesar USD223,8 juta dan USD158,8 juta, dengan ASP masing-masing sebesar USD11.887/t dan USD13.229/t.
Sehingga, ke depannya, panduan penjualan MBMA untuk sepanjang 2025 memproyeksikan pengiriman sebanyak 6,0 hingga 7,0 juta wmt bijih saprolit dan penjualan 12,5 hingga 15,0 juta wmt bijih limonit.
Baca juga: Anjlok Rp10.000, Harga Emas Antam Turun ‘Tahta’ dari Rekor Tertinggi
Selain itu, penjualan nikel diperkirakan berkisar antara 80.000 hingga 87.000 ton nikel dalam NPI dan 50.000 hingga 55.000 ton nikel dalam HGNM. (*)
Editor: Yulian Saputra