Jakarta — Konsolidasi di industri perbankan dinilai menjadi salah satu langkah strategis meningkatkan kapasitas perbankan nasional. Tidak terkecuali konsolidasi antara bank BUMN, yang selalu menjadi topik perbincangan hangat. Penggabungan dua bank BUMN dinilai bisa meningkatkan kekuatan, terutama untuk bersaing secara global.
Ada yang menilai tugas bank pelat merah seringkali tumpang tindih, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Namun apakah benar Bank BUMN saling tumpang tindih dalam operasionalnya, dan bagaimana urgensi melakukan konsolidasi serta memperjelas segmentasinya?
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, masing-masing bank pelat merah memiliki spesialisasi unik dan berbeda sehingga tidak ada tumpang tindih. Artinya masing-masing memiliki segmentasi khusus. Bank Mandiri yang didedikasikan fokus menggarap segmen korporasi dan hingga Juni 2021, penyaluran kredit segmen korporasi mencapai Rp335,1 triliun atau tumbuh 2,75%.
Kemudian BBNI memiliki tugas khusus untuk menggarap bisnis international banking dan digital banking. Dengan kekuatan BNI yang kini memiliki kantor cabang luar negeri, diharapkan bisa bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha dalam negeri yang melakukan bisnis di luar negeri.
Saat ini, BNI mempunyai jaringan kantor cabang luar negeri (KCLN) di enam pusat keuangan dunia, yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo – Jepang, New York – Amerika Serikat, Seoul – Korea Selatan, dan London – Inggris. Adapun bisnis perbankan internasional yang dijalankan BNI difokuskan pada trade finance, jasa remittance, international desk, dan financial institution.
“Ketika banyak pengusaha akuisisi perusahaan luar negeri di-support bank lokal dengan catatan dalam 3-4 tahun bisa di-refinance. Hal ini banyak sekali sekarang apalagi banyaknya pengusaha Indonesia yang berupaya global. Ini yang kita harapkan, tadi dapat funding murah dari luar negeri untuk pengusaha dalam negeri tapi juga ketika pengusaha berakuisisi di luar negeri ada bank yang punya bendera mendukung itu,” kata Erick belum lama ini.
Sementara itu, untuk bank BUMN lainnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan tetap pada bisnis utamanya di bidang perumahan untuk mengurangi angka backlog dan membantu masyarakat memiliki rumah. Pembiayaan nantinya tak hanya akan berfokus pada pembiayaan rumah tapak, namun juga untuk pembiayaan transit oriented development (TOD) dengan bekerja sama dengan perusahaan BUMN lainnya.
Kemudian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) fokus pada UMKM dan ultra mikro melalui sinergi holding BUMN Ultra Mikro, bersama PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Bahkan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan hadirnya holding Ultra Mikro akan mendorong penyaluran penyaluran kredit di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk usaha ultra mikro, bertambah Rp280 triliun pada 2024.
Dengan potensi dan segmentasi maka artinya tugas untuk setiap bank BUMN sudah jelas, sehingga bisa berjalan efektif terutama di tengah momentum pemulihan ekonomi. Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat ini kredit dari bank-bank milik pemerintah (Himbara) sudah mulai mengalami pemulihan. Dia menyebutkan sektor mikro dan korporasi sudah mulai tumbuh karena membaiknya aktivitas masyarakat dan serta meningkatnya ekspor.
“Dari segmentasi bank Himbara sudah tegas, kita juga sudah memahami dalam waktu dekat ada BRI akan memiliki ekosistem ultra mikro yang bisa menjadi game changer,” ucap pria yang akrab disapa Tiko itu.
Dengan begitu peran BUMN Jasa Keuangan bisa semakin dalam dan menjadi katalis positif dalam pertumbuhan ekonomi. Tiko mengungkapkan, anggota Himbara lainnya juga memiliki segmentasi dan tugas yang harus dilakukan untuk menggerakkan ekonomi. “Kami harapkan engine ini bisa bergerak maju dari berbagai segmen,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin bilang, segmentasi pada bank BUMN berperan penting untuk menjangkau setiap segmen secara fokus. Dengan begitu upaya pendanaan dan pembiayaan pada sektor-sektor penggerak ekonomi bisa lebih fokus.
“Meski BNI dan Mandiri terlihat memiliki pola segmentasi yang mirip, masing-masing memiliki kekuatan di segmennya sendiri,” katanya.
Dengan BNI yang kini mendapat mandat khusus untuk mengembangkan bisnisnya di luar negeri pun, menurutnya, keputusan tepat karena sudah lebih siap. “Layanan khusus untuk segmen tertentu akan memberikan nilai lebih, karena saat ini tidak hanya benefit yg ditawarkan kepada nasabah tapi nilai tambah yang bisa diberikan, karena setiap nasabah sekarang sangat jeli dan pandai memilah,” tambah Amin.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Royke Tumilaar menegaskan, bahwa pihaknya akan menggenjot kredit di tengah kondisi saat ini. banyak sekali strategi yang akan dilakukan BNI, apalagi dengan jaringan yang dimiliki. Misalnya jaringan BNI di luar negeri yang memudahkan untuk mendorong UMKM dan eksportir besar.
Dia menambahkan, di tengah kondisi saat ini perbankan memang mulai mengubah strategi dengan cara digitalisasi. BNI melalui digitalisasi ini juga akan memudahkan eksportir dengan memanfaatkan jaringan. “Yang belum ekspor kita bikin ekspor dengan leverage jaringan kami yang ada sehingga ketemu buyer yang ada sehingga BNI trade online,” tukasnya.
“Akan genjot kredit mumpung bunga rendah dan program pemerintah hilirisasi downstream ini salah satu program meningkatkan kredit bukan hanya di komoditi tapi juga hilirisasi tingkatkan nilai tambah yang cukup buat Indonesia,” tandas Royke. (*)