Analisis

Menjaga Harga, Mengendalikan Inflasi

Diprediksi inflasi akan meningkat pada menjelang dan saat Lebaran. Sebagai pengingat saja, inflasi tahunan (year on year) menebal dari 3,33% per Mei 2016 menjadi 3,45% per Juni 2017 ketika Lebaran 2016. Dengan bahasa lebih bening, inflasi bisa lebih tinggi pada Juni 2017. Apalagi ada faktor lain yang dapat mengakibatkan kenaikan inflasi tahunan seperti kenaikan tarif dasar listrik yang mulai Mei 2017.

Kelima, mengerem kenaikan suku bunga kredit. Tentu saja, adalah tugas berat bagi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga dan mengendalikan inflasi supaya tidak naik terlalu tinggi. Tugas itu semakin terasa berat ketika Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) untuk kedua kalinya setelah Maret 2017. Saat ini FFR mencapai 0,75%-1%. Jauh sebelumnya, The Fed diprediksi akan menaikkan FFR tiga kali pada 2017.

Sejatinya, masih ada ruang bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan yang kini mencapai 4,75%. Tetapi rasanya BI tidak akan memilih opsi kenaikan suku bunga acuan alias BI 7 Day Repo Rate. Hal itu bertujuan untuk menjaga supaya inflasi tidak naik terlalu tinggi yang berujung untuk memelihara pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, upaya bank sentral untuk mempertahankan level BI 7 Day Repo Rate itu juga sangat diharapkan dapat mendukung agar suku bunga kredit tidak akan menebal. Karena manakala BI 7 Day Repo Rate naik, biaya dana (cost of fund) perbankan nasional akan terkerek naik pula sehingga mendorong kenaikan suku bunga kredit.

Lirik saja data berikut mengenai suku bunga rata-rata kredit bank umum kepada pihak ketiga bukan bank menurut penggunaannya. Statistik Perbankan Indonesia yang terbit pada 18 April 2017 mencatat bahwa suku bunga rata-rata kredit (dalam rupiah) bank umum tampak terus menipis dari 11,35% per Januari 2017 menjadi 11,28% per Februari 2017 untuk kredit modal kerja.

Penurunan juga terjadi pada kredit investasi dari 11,17% per Januari 2017 menjadi 11,10% per Februari 2017. Demikian pula suku bunga rata-rata kredit (dalam rupiah) bank umum untuk kredit konsumsi menipis dari 13,58% per Januari 2017 menjadi 13,56% per Februari 2017 sebagaimana tampak pada Tabel. Penipisan suku bunga kredit tersebut sangat diharapkan dapat mendukung sektor riil untuk lebih menikmati kredit perbankan nasional. (Bersambung ke halaman berikutnya)

Page: 1 2 3 4 5

Paulus Yoga

Recent Posts

ASII Gairahkan Pasar Otomotif Nasional Lewat Astra Auto Fest 2025

Poin Penting ASII membuka Astra Auto Fest 2025 di BSD sebagai upaya mendorong pasar otomotif… Read More

2 days ago

BEI Tekankan Kolaborasi dan Tanggung Jawab Bersama Bangun Masa Depan Hijau

Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More

2 days ago

BNI Sekuritas Bekali Generasi Muda Pengetahuan Investasi di Pasar Modal

Poin Penting BNI Sekuritas menggandeng Yayasan KSE melalui program CSR We Move, We Share, We… Read More

2 days ago

Kolaborasi BRIDS dan Pegadaian Hadirkan Layanan Gadai Efek Online

Poin Penting BRIDS dan Pegadaian meluncurkan layanan Gadai Efek Online di aplikasi BRIGHTS, memungkinkan investor… Read More

2 days ago

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

2 days ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

2 days ago