Menelik Penyebab Merosotnya Saham Unggulan Perbankan

Menelik Penyebab Merosotnya Saham Unggulan Perbankan

OJK diminta cepat merespon kondisi pasar dengan mengeluarkan insentif ke perbankan secepatnya. Dwitya Putra

Jakarta – Rencana pemerintah yang mengupayakan agar suku bunga kredit perbankan bisa berada di bawah 10% ternyata tidak membawa sentimen positif bagi pasarmodal Indonesia. Buktinya, sejak adanya pemberitaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengeluarkan insentif untuk mendorong bank-bank menurunkan net interest margin (NIM), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok hingga level 4.600. Padahal, posisi IHSG kala itu sedang bergairah menuju level 4.800.

Kondisi tersebut seiring merosotnya harga saham perbankan, khususnya saham-saham unggulan yang nota bene punya kapitalisasi pasar besar. Berdasarkan catatan infobank, saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dua pekan lalu sempat berada di posisi Rp12.300, kini sampai dengan saat ini pukul 11:00 telah berada di Rp10.575. Sementara saham Bank Mandiri (BMRI) jika sebelum muncul statemen OJK sempat di Rp10.350, kini di Rp9.375. Pelemahan juga terjadi pada saham Bank Central Asia (BBCA) dari sempat diposisi sekitar Rp13.425, kini berada di Rp12.900. Sedangkan saham Bank Negara Indonesia (BBNI) sempat di Rp5.475, kini di Rp5.000.

Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia, Edward P Lubis mengatakan, sejak wacana (NIM)  diutarakan, hingga terjadi ada pemberitaan yang salah terkait pembatasan net interest margin (NIM), tercatat ada aksi jual dari para investor hingga mencapai US$5 miliar.”Bayangkan dalam tempo berapa hari saja dana investor kabur hingga US$5 miliar. Itu akibat entah salah quote atau gimana,” katanya di Gedung BEI, Jakarta, Rabu, 24 Febuari 2016.

Berdasarkan kejadian tersebut, Edward menghimbau pemerintah agar lebih berhati-hati dalam berbicara di depan media. Pasalnya pemberitaan bisa menjadi sentimen yang bersifat fatal. Padahal saham sektor perbankan merupakan salah satu lokomotif penggerak bursa saham. Menurut catatan Edward, porsi saham emiten sektor perbankan mencapai 25% dari total kapitalisasi pasar modal. Dengan begitu terbukti bahwa sebagian besar manager investasi menempatkan dana investasi di saham perbankan.

Oleh karena itu, para manager investasi akan terus mengawasi upaya pemerintah untuk menurunkan suku bunga kredit. Namun dia berharap hal itu bisa lebih diserahkan kepada mekanisme pasar.

Sementara itu salah satu pelaku pasar saham, Alex Komarudin berharap, otoritas dalam hal ini OJK bisa cepat merespon kondisi pasar dengan mengeluarkan insentif ke perbankan secepatnya. Jika tidak, kondisi pasar akan seperti ini terus.

“Kalau janji dua minggu itu terlalu lama,” jelasnya. (*) Dwitya Putra

Related Posts

News Update

Top News