Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan pada bulan November 2017 mengalami perlambatan. Penyaluran kredit di bulan tersebut tercatat sebesar Rp4.635 triliun atau tumbuh 7,4% year on year (yoy), atau lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 8,1% (yoy).
Berdasarkan data BI yang dikutip Jumat, 29 Desember 2017 meyebutkan, perlambatan pertumbuhan kredit perbankan terjadi pada kredit modal kerja (KMK) yang tumbuh melambat dari 8,1% (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 7,3% (yoy) dan kredit investasi (Kl) dari 5,5% (yoy) pada bulan Oktober 2017 menjadi 4,6% (yoy). Sementara itu, Kredit Konsumsi (KK) tercatat sebesar Rp1.353,3 triliun, tumbuh stabil sebesar 10,2% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonominya, perlambatan pertumbuhan KMK dan Kl didorong oleh melambatnya kredit yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. KMK pada kedua sektor tersebut masing-masing tumbuh melambat dari 7,6% (yoy) dan 11,8% (yoy) menjadi sebesar 5,5% (yoy) dan 9,4% (yoy).
Di sisi lain, Kredit Investasi untuk sektor industri pengolahan tumbuh melambat dari 4,3% (yoy) menjadi 1,1% (yoy) di November 2017. Sementara Kredit Investasi untuk sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan tumbuh melambat dari 9,6% (yoy) menjadi 7,8% (yoy) pada bulan November 2017.
Kondisi sebaliknya terjadi pada kredit properti yang mengalami akselerasi dari tumbuh 13% (yoy), menjadi 13,6% (yoy), yang didorong oleh kredit yang disalurkan pada sektor konstruksi serta KPR dan KPA. Pertumbuhan kredit konstruksi terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi perumahan sederhana dan konstruksi bangunan jalan tol.
Selanjutnya, pertumbuhan KPR dan KPA juga mencatatkan pertumbuhan dari 10,8% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 11% (yoy) sehingga mencapai posisi Rp402,9 triliun pada bulan November 2017. Namun demikian, pertumbuhan kredit real estate tercatat melambat menjadi sebesar 8,7% (yoy), dari sebelumnya 9,5% (yoy).
Sementara itu, suku bunga kredit dan suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan yang mencerminkan pengaruh pelonggaran kebijakan moneter melalui transmisi suku bunga. Rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,45%, turun 10 basis points dari bulan sebelumnya.
Demikian juga dengan suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan masing-masing tercatat sebesar 5,8%, 6,17%, 6,63%, 6,82% dan 6,72% atau turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,89%, 6,32%, 6,74%, 6,93% dan 6,93%.
Pertumbuhan kredit di bulan November 2017 yang tercatat 7,4% (yoy) telah memengaruhi pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) yang melambat pada November 2017. Posisi M2 tercatat Rp5.320 triliun atau tumbuh 9,3% (yoy), lebih rendah dibanding dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 10,6% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan M2 terjadi pada seluruh komponennya. Komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh melambat dari 16% (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 13,1% (yoy) dan komponen uang kuasi tumbuh melambat dari 8,7% (yoy) menjadi 7,9% (yoy). Selain pertumbuhan kredit yang melambat, perlambatan pertumbuhan M2 juga dipengaruhi oleh kontraksi operasi keuangan Pemerintah Pusat (Pempus), dan perlambatan pertumbuhan aktiva luar negeri bersih.
Kontraksi operasi keuangan Pempus tercermin dari kewajiban Bank Indonesia dan perbankan kepada Pempus yang tumbuh meningkat dari 9,8% (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 25,5% (yoy) pada November 2017. Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh melambat dari 18,1% (yoy) pada Oktober 2017 menjadi 17,2% (yoy) pada November 2017. (*)