Mau IPO, Perusahaan Tambang Nikel Ini Bidik Dana Rp9,7 Triliun

Mau IPO, Perusahaan Tambang Nikel Ini Bidik Dana Rp9,7 Triliun

Jakarta – Perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) berencana melepas saham ke publik melalui Initial Public Offering (IPO) sebanyak-banyaknya 12,1 miliar saham atau 18% dari modal ditempatkan dan disetor NCKL ke publik setelah IPO dengan nilai nominal sebesar Rp100 per saham.

Presiden Direktur NCKL, Roy A. Arfandy, menyatakan bahwa Perseroan berharap akan meraup dana segar sekitar USD650 juta atau sekitar Rp9,7 triliun, dimana penawaran awal atau book building saham NCKL dilakukan pada 15 hingga 24 Maret 2023 dengan harga penawaran berkisar antara Rp1.220 hingga Rp1.250.

“Perseroan berharap dapat meraup dana segar sekitar USD650 juta atau sekitar Rp9,7 triliun untuk mendukung penyelesaian konstruksi proyek, menambah kapasitas produksi, melunasi sebagian pinjaman Perseroan serta tambahan modal kerja Perseroan,” ucap Roy di Jakarta, 17 Maret 2023.

Selain itu, NCKL juga akan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 0,5% atau 60,5 juta saham dari jumlah saham IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan Perseroan (Employee Stock Allocation, ESA) dimana harga pelaksanaan ESA sama dengan harga penawaran

Selain itu, Roy juga berharap dengan adanya IPO tersebut kapasitas output nikel Perseroan akan meningkat di tahun 2023 menjadi sekitar 100 ribu metal ton dari 25 ribu metal ton di tahun 2022 atau naik empat kali lipat.

“Saat ini kalau saya boleh katakan bahwa pada tahun 2022 kapasitas output nikel kami adalah 25 ribu metal ton nikel dan tahun ini diharapkan akan naik menjadi sekitar 100 ribu metal ton nikel, jadi ada peningkatan kapasitas produksi dari 2022-2023,” imbuhnya.

Dengan adanya peningkatan produksi tersebut, Direktur NCKL, Suparsin Darmo Liwan pun menyatakan Perseroan juga akan mengalami peningkatan pendapatan sebanyak dua kali lipat di tahun 2023.

“Minimal peningkatan pendapatan itu dua kali lipat sudah pasti dibandingkan dari tahun 2022, tapi kembali lagi semua itu tergantung dengan harga nikel di market, karena kan kita tahu sendiri harga sangat sangat volatail,” ujar Suparsin.

Tidak hanya itu, NCKL juga akan membagikan dividen kepada pemegang saham minimum 30% dari laba bersih tahun ini, tergantung pada arus kas dan rencana investasi Perseroan, hukum dan peraturan Indonesia, serta persyaratan lainnya.

“Perseroan telah membagikan dividen sejak tahun 2012 dan direncanakan akan melakukan pembagian dividen menggunakan tahun buku 2022 yang akan dibagikan pada tahun 2023,” tambah Roy.

Hal tersebut tercermin dari laba periode berjalan NCKL yang melesat 207,95% dari Rp1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp4,30 triliun per 30 November 2022, dimana laba per saham ikut naik dari Rp23,16 per lembar saham menjadi Rp78,63.

Sementara itu, pendapatan NCKL dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp9,04 triliun selama periode Januari hingga November 2022 Naik 17,32% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

NCKL juga mencatat pendapatan lain sebesar Rp231,30 miliar, meningkat 255,82% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp65 miliar. Perseroan juga berhasil menekan beban penjualan, umum dan administrasi sebesar 9,05% dari Rp873,45 miliar menjadi Rp794,43 miliar.

Roy pun menambahkan bahwa penawaran saham ini juga dilakukan kepada investor asing maupun dalam negeri, untuk investor luar negeri, NCKL telah melakukan roadshow secara virtual ke Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.

“Kami telah bertemu dengan investor-investor baik dari Asia, seperti Singapore, Hongkong, China juga, kami bertemu dengan investor-investor dari Inggris atau negara lain di Eropa juga kami melakukan roadshow secara virtual kepada investor yang ada di Amerika serikat,” jelas Roy.

Terkait dengan tumbangnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat, menurut Roy selama dua hari dimulainya book building NCKL peminatnya masih cukup tinggi. “Seperti yang saya bilang ini dua hari ini kan minatnya cukup tinggi, cuma saya belum bisa ngomong karena ini belum tuntas finalisasi dengan mereka (investor),” tambahnya.

Adapun, saat ini NCKL telah mengoperasikan dua proyek pertambangan nikel laterit aktif seluas 5.523,99 hektar di Desa Kawasi, Halmahera Selatan, Maluku Utara melalui dua konsesi pertambangan. Perseroan juga memiliki dua prospek pertambangan nikel seluas 3.660,24 hektar yang terletak di Pulau Obi.

Roy pun menyatakan NCKL akan terus mendukung upaya hilirisasi nikel yang digaungkan Pemerintah dan berharap dapat memberikan kontribusi berharga dalam terciptanya ekosistem industri baterai isi ulang untuk kendaraan listrik di Indonesia. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News