Jakarta – Tren pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin marak balakangan ini menimpa startup yang disinyalir akan terus berlanjut di 2023. Bagaimana tidak, kebanyakan startup teknologi masih merugi hingga kini, bahkan angka kerugiannya terus mengalami peningkatan.
Dikutip dari CNBC, 9 Desember 2022, sejumlah perusahaan startup melaporkan tren pelemahan pendapatan beberapa waktu belakangan. Sebut saja seperti perusahaan e-commerce, Carousell, yang menyampaikan pertumbuhan pendapatan lebih lambat dengan pertumbuhan 21% menjadi USD49,5 juta di 2021, dibandingkan pertumbuhan tiga kali lipat yang dialami pada 2020.
Sementara GoTo, startup gabungan antara ride hailing Gojek dan e-commerce Tokopedia asal Indonesia ini, mencatatkan peningkatan kerugian dari Januari hingga September tahun ini. Nama lainnya yang tak kalah terkenalnya adalah Sea Group sebagai induk perusahaan e-commerce Shopee dan perusahaan ride hailing Grab turut mencatatkan kerugian miliaran dolar setiap tahunnya.
“Perusahaan teknologi baru saja mengalami masa PHK pertama saat ini. Saya heran dengan perusahaan-perusahaan yang memprediksi bahwa perubahan perilaku konsumen akibat pandemi akan bertahan selamanya,” ujar Alex Kantrowitz, jurnalis Silicon Valley.
“Sudah jelas bahwa ketika anda diizinkan untuk pergi ke restauran, hang out bersama teman, konsumsi anda pada Netflix, Facebook, Shopify, dan Amazon akan berkurang. Jadi kenapa mereka semua berekspansi seolah hal itu akan berlangsung selamanya,” tambahnya.
Minggu kemarin, Carousell mengumumkan pihaknya telah memberhentikan sekitar 10% atau 110 posisi dari total jumlah karyawannya. Sementara di November kemarin, GoTo Group telah memangkas 1.300 pegawai atau sekitar 12% dari total jumlah karyawan. Kedua perusahaan tersebut memakai alasan tantangan kondisi ekonomi makro dalam pengambilan keputusan PHK itu.
Lalu, Sea Group sudah memangkas lebih dari 7.000 pegawainya secara global selama enam bulan terakhir. Perusahaan-perusahaan teknologi besar AS seperti Meta dan Microsoft juga tak luput dari badai PHK ini. Meta memangkas sekitar 11.000 pegawai, sedangkan Microsoft memangkas kurang dari 1.000 karyawan akibat perlambatan pertumbuhan kinerja perusahaan.
Di satu sisi, CEO Carousell, Quek Siu Rui mengakui kesalahan vital telah dilakukan. Ia menyatakan bahwa dirinya terlalu optimis dengan kondisi pasar yang ada, dan meremehkan dampak dari pertumbuhan jumlah karyawan yang dilakukan dengan cepat.
“Realitanya adalah kita cepat meningkatkan pengeluaran dan rekrutmen, namun ternyata butuh waktu yang lebih lama untuk memetik hasilnya,” jelas Rui.
Rui menambahkan, pihaknya telah menerapkan kebijakan pemangkasan biaya dalam beberapa bulan terakhir, dan bahkan mereka juga sudah menerapkan pemotongan gaji terhadap jajaran pimpinannya.
Jussi Salovaara selaku co-founder Antler dan managing partner untuk Asia, menyatakan, para investor di perusahaan-perusahaan teknologi tersebut juga sudah memberikan nasihat bagi para founder agar bersiap menghadapi masa krisis di waktu mendatang.
“Para kapitalis venture tengah mendorong founder-founder untuk memiliki landasan pacu lebih panjang,” ucapnya.
“Perusahaan-perusahaan ini mungkin beroperasi secara baik. Mereka masih mencatatkan sejumlah pertumbuhan. Mereka juga mungkin hampir mencapai profit, tapi mereka perlu memastikan bahwa mereka dapat bertahan di waktu mendatang,” jelasnya. (*) Steven Widjaja