Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan kredit baru pada triwulan I-2020 masih akan melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan kredit baru sebesar 31,1%, lebih rendah dibandingkan 70,6% di triwulan sebelumnya dan 57,8% pada triwulan yang sama tahun 2018. Melambatnya pertumbuhan kredit baru tersebut sejalan dengan masih melambatnya aktivitas perekonomian.
Berdasarkan Survei Perbankan Bank Indonesia yang dikutip di Jakarta, Sabtu, 18 Januari 2020 menyebutkan, prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru triwulan l-2020 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi, dan kredit konsumsi. Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah/apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh penyaluran kredit kendaraan bermotor dan kredit multiguna.
Menurut BI, sejalan dengan perkiraan melambatnya pertumbuhan kredit baru, kebijakan penyaluran kredit pada triwulan I-2020 juga diprakirakan lebih ketat, sebagaimana terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar 12,8%, atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan 10,6% pada triwulan sebelumnya. Pengetatan standar penyaluran kredit terutama akan dilakukan terhadap kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit UMKM.
Aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan diperketat pada triwulan I-2020 yaitu jangka waktu kredit dan persyaratan administrasi. Di sisi lain, suku bunga kredit dan plafon kredit diprakirakan |ebih Ionggar pada triwulan I-2020.
Rata-rata responden memprakirakan kredit di tahun 2020 akan tumbuh sebesar 9.4% (yoy), atau lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan kredit 2019 (s.d. November) yang tercatat hanya sebesar 7,0% (yoy). Responden menyampaikan bahwa prakiraan kinerja penyaluran kredit tahun 2020 didukung oleh optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.
Sementara sampai dengan triwulan IV-2019, Survei Perbankan BI mengindikasikan pertumbuhan triwulanan kredit baru meningkat dibanding pertumbuhan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT permintaan kredit baru sebesar 70,6%, Iebih tinggi dari 68,3% ditriwulan sebelumnya, namun Iebih rendah dari SBT 71,7% di triwulan IV-2018. Meningkatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi untuk jenis kredit investasi dan kredit konsumsi, yang terlndlkasi dari kenalkan SBT permintaan kredit investasi dari 63,2% menjadi 70,3%, dan kredit konsumsi dari 45,9% menjadi 75,8%.
Meningkatnya pertumbuhan kredit konsumsi bersumber dari meningkatnya pertumbuhan kredit kepemlikan rumah/apartemen, kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan (qtq) kredit modal kerja melambat, terindikasi dari penurunan SBT dari 65,8% menjadi 65,0%.
Secara sektoral, sejumlah sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan permintaan kredit baru pada triwulan IV-2019 antara lain sektor Pertanlan, Perburuan dan Kehutanan, sektor Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan sektor Jasa Pendidikan. Pada triwulan lV-2019, persentase jumlah responden dengan realisasi kredit baru di bawah target (deviasi di atas 5%) sebesar 57,5%, atau lebih rendah dari periode survei triwulan sebelumnya. Dari sisi penggunaan, turunnya jumlah responden yang mengalami dewasi kredit terjadi pada jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
Survei Perbankan BI juga memperkirakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan l-2020, juga melambat sebagaimana tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 11,6%, lebih rendah dibandingkan 73,3% pada triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan DPK diprakirakan terjadi pada seluruh jenis instrumen. Giro dan tabungan tumbuh melambat, terindikasi oleh nilai SBT masing-masing sebesar 7,7% dan 75,1%, Iebih rendah dlbandingkan 79,8% dan 88,0% pada triwulan sebelumnya. Sementara deposito diprakirakan turun, terindikasi dari SBT yang bernilai negatif sebesar -2,8%.
Pertumbuhan DPK tahun 2020 diprakirakan meningkat dari tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT prakiraan penghimpunan DPK tahun 2020 sebesar 84,3%, lebih tinggi dari 73,3% pada tahun sebelumnya. Optimisme prakiraan pertumbuhan DPK tersebut antara Iain didorong oleh kebijakan moneter yang mendukung, serta peningkatan fasilitas dan pelayanan bank kepada nasabah.
Pada triwulan I-2020 rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh bank atas dana nasabah yang ditempatkan atau Cost of Fund (CoF) dalam Rupiah diprakirakan turun 8 basis points (bps) dari triwulan sebelumnya menjadi 5,79%. Sementara biaya dana yang dioperasionalkan (dltempatkan) oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan atau Cost of Loanab/e Fund (CoLF) dalam Rupiah juga diprakirakan turun 11 bps menjadi 8,81%.
Rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi diperkirakan naik masing-masing 1 bps dan 9 bps dari triwulan sebelumnya menjadi 11,38% dan 11,48%. Sementara suku bunga kredit konsumsi diprakirakan turun sebesar 1 bps menjadi 13,03%. Pada jenis kredit konsumsi, penurunan suku bunga terbesar terjadi pada kredit kepemilikan rumah/apartemen dan kredit kendaraan bermotor sebesar masing-masing 9 bps, diikuti oleh kredit multiguna sebesar 7 bps. (*)