Manulife “Survive” di tengah Pandemi Covid-19

Manulife “Survive” di tengah Pandemi Covid-19


Jakarta- Melemahnya pasar global membuat ekonomi Indonesia tahun 2019 hanya tumbuh 5,02%. Melemah tipis dibanding 2018 yakni 5,17%. Imbasnya, kinerja industri asuransi jiwa 2019 juga mengalami stagnasi.


Berdasarkan data yang ada, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) mencatat pendapatan premi 2019 sebesar Rp 24,96 triliun turun 1,81% dibandingkan 2018 yakni Rp 25,42 triliun. Sedangkan, laba setelah pajak 2019 sebesar Rp 4,71 triliun, turun 10,96 % dibandingkan laba setelah pajak 2018 sebesar Rp 5,29 triliun.


Hal serupa juga dialami PT Sinarmas MSIG Life yang mencatat pendapatan premi 2019 sebesar Rp 3,57 triliun, turun 19,77 % dibandingkan 2018 yakni Rp 4,45 triliun. Sedangkan, laba setelah pajak 2019 sebesar Rp 286,68 miliar, turun 25,06 % dibandingkan 2018 sebesar Rp 342,53 triliun.


Di sisi lain, Manulife Indonesia membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 12,7 triliun atau naik 11,4% dari tahun 2018. Sedangkan, pendapatan bersih investasi 2019 tercatat sebesar Rp 3,1 triliun atau lebih tinggi dibandingkan 2018 yang sebesar Rp 1 triliun.


Presiden Direktur dan CEO Manulife Indonesia Ryan Charland di Jakarta, Selasa (19/5) mengatakan, di tengah tantangan yang dihadapi pada tahun 2019, Manulife Indonesia tetap mencatat imbal hasil investasi yang sehat. Hal ini menunjukkan keunggulan dari keragaman bisnis Manulife.


Dikatakan, posisi keuangan yang solid menunjukkan kekuatan kunci atas distribusi perseroan yang beragam, dukungan tim agency yang berkualitas tinggi, kemitraan distribusi yang mapan, serta bisnis dana pensiun dan manajemen aset yang kuat. Karena itu, pihaknya optimistis tetap melayani nasabah dengan optimal.


Sebagaimana diketahui, pada akhir 2019 ekuitas Manulife tercatat tumbuh sebesar 25 % menjadi Rp 14,4 triliun. Jumlah premi bisnis baru di tahun 2019 tumbuh sebesar 7 % dari Rp 3,5 triliun menjadi Rp 3,8 triliun. Bahkan, penjualan produk investasi melonjak 20 % menjadi Rp 2 triliun.

Sedangkan, aset yang dikelola Manulife tumbuh sebesar 9 % menjadi Rp 72 triliun di tahun 2019.
Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) juga memperlihatkan kinerja yang kuat di tahun 2019.

Presiden Direktur MAMI, Legowo Kusumonegoro mengatakan, dana kelolaan MAMI meningkat 10 % menjadi Rp 74,8 triliun. Hanya dalam waktu setahun, lebih dari 90.900 investor baru telah menaruh kepercayaannya pada MAMI.


Ryan Charland mengungkapkan, pada tahun 2019 Manulife menerapkan program baru dengan menjadikan Kaizen sebagai program untuk mengubah budaya dan cara bekerja mereka.

Komitmen
Di awal 2020, industri asuransi jiwa mendapatkan tantangan yang kian berat akibat pandemi Covid-19. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebutkan, pertumbuhan industri asuransi jiwa pada Maret 2019 terkoreksi minus 13,8 % year on year, lebih rendah dari data Desember 2019 yakni minus 0,38%. Sedangkan, rasio solvabilitas (Risk Based Capital/RBC) industri asuransi jiwa masih jauh di atas batas minimal yakni 120%. Data OJK menunjukkan, RBC asuransi jiwa per Maret 2020 sebesar 642,7%, lebih rendah dibandingkan posisi Desember 2019 yang sebesar 789%.


Di tengah pencapaian kinerja 2019 yang terkoreksi dan terpaan Covid-19, industri asuransi jiwa tetap berkomitmen melayani nasabah sesuai polis mereka. Manulife Indonesia misalnya, hingga 8 Mei 2020 telah membayarkan klaim khusus Covid-19 sebesar Rp 4,6 miliar. Sedangkan, pembayaran klaim asuransi, nilai tunai penyerahan polis, anuitas, dan manfaat yang dibayarkan Manulife pada 2019 sebesar Rp 5,8 triliun. Jumlah tersebut sama dengan Rp 16 miliar per hari atau Rp 664 juta per jam. Manulife juga meraih predikat sangat bagus atas kinerja keuangan tahun 2018, kategori perusahaan asuransi jiwa berpremi bruto Rp 5 triliun ke atas.

Sementara itu, PT Astra Aviva Life (Astra Life) telah membayar klaim lebih dari Rp 1,5 miliar kepada nasabah yang terindikasi Covid-19 hingga 23 April 2020. PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia telah membayarkan klaim nasabah yang terindikasi Covid-19 hingga Rp 1,8 miliar.


Pengamat asuransi, Maryoso Sumaryono mengatakan, pandemi Covid-19 ini benar-benar telah menjadi krisis multi dimensi yang menghantam berbagai sektor, termasuk industri asuransi jiwa. Ia memprediksi pertumbuhan premi industri asuransi jiwa hingga akhir tahun nanti akan negatif sekitar 10-20 %. Hal ini terjadi karena pandemi Covid-19 membuat orang kehilangan pendapatan sehingga daya beli tak ada. Sekalipun demikian, ia yakin asuransi jiwa merupakan pilihan utama masyarakat karena menjadi kebutuhan orang saat ini.


Sedangkan, pengamat asuransi Azuarini Diah P mengatakan, pandemi Covid-19 membuat industri asuransi jiwa terkena dampak ganda yakni penurunan premi dan hasil investasi. Kendati demikian, ia berpendapat, wabah Covid-19 juga telah menyadarkan masyarakat akan pentingnya proteksi asuransi karena mahalnya biaya rumah sakit. Makanya, staf pengajar Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi Trisakti ini melihat masih ada celah bagi industri asuransi jiwa untuk meraih pendapatan premi di tahun 2020.

Related Posts

News Update

Top News