Jakarta – Diversifikasi tak hanya sekadar dijadikan langkah untuk membagi investasi di beberapa aset investasi. Lebih dari itu, diversifikasi jadi salah satu alternatif strategi untuk mengoptimalkan potensi pertumbuhan investasi sekaligus mengelola risiko.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardinugraha mengungkapkan, ada banyak faktor memengaruhi alternatif investasi pilihan investor, seperti suku bunga, siklus pasar, perkembangan geopolitik, sentimen pasar, kinerja emiten dan lain sebagainya.
“Masing-masing alternatif investasi pun memiliki tren kinerja yang berbeda-beda ketika dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut,” katanya, dikutip Rabu, 6 Maret 2025.
Menurutnya, profil risiko, tujuan keuangan dari investor, serta kondisi pasar terkini juga akan memengaruhi pilihan-pilihan alternatif investasi.
Baca juga : MAMI: Outlook Pemangkasan BI Rate jadi Potensi Menarik bagi Pasar Obligasi
Sementara, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menambahkan, fakta bahwa selama 15 tahun terakhir hingga akhir 2024, saham yang diwakili IHSG menjadi kelas aset dengan pertumbuhan tahunan tertinggi sebanyak 6 kali, dan menjadi yang terendah sebanyak 6 kali juga, dengan 5 kali mencatat pertumbuhan negatif atau rugi. Pertumbuhan kumulatif 15 tahun dari IHSG adalah 181 persen, atau 7,1 persen per tahun.
Sementara itu, pasar obligasi yang diwakili oleh indeks BINDO, menjadi kelas aset dengan pertumbuhan tertinggi sebanyak 6 kali, dan 1 kali menjadi yang terendah, serta 2 kali membukukan pertumbuhan tahunan negatif.
Selama rentang 15 tahun, obligasi memberikan pertumbuhan total sebesar 261,5 persen atau setara dengan hampir 9 persen per tahun.
Baca juga : Gandeng MAMI, Bank Mega Syariah Tawarkan 6 Reksa Dana Syariah
Bagaimana dengan deposito? Menurutnya, meski deposito tidak pernah memberikan pertumbuhan negatif, data mencatat bahwa deposito pernah menjadi yang tertinggi sebanyak 3 kali, dan menjadi yang terendah sebanyak 8 kali.
Di mana, pertumbuhan kumulatif deposito selama rentang 15 tahun adalah 91 persen, atau setara dengan 4,4 persen per tahun.
Lanjutnya, ketika investor hanya berfokus pada satu alternatif investasi, artinya investor akan berhadapan dengan potensi dan risiko dari alternatif tersebut.
Misalnya, ketika investor berinvestasi hanya pada saham, investor juga harus berani menghadapi risiko 5 kali mengalami rugi tahunan.
Atau ketika investor menghindari rugi dengan hanya menyimpan uang investor di deposito, investor juga harus mengamini fakta bahwa simpanan investor tumbuh lebih lambat dibanding alternatif lainnya.
Ezra menambahkan, di tengah kondisi pasar yang fluktuatif saat ini, strategi diversifikasi bisa menjadi langkah yang tepat untuk mengelola risiko fluktuasi sekaligus menjaga peluang return portofolio investasi. (*)
Editor: Galih Pratama