LPEI Dorong Peningkatakn Ekspor Biji Kakao dari Desa Nglanggeran

LPEI Dorong Peningkatakn Ekspor Biji Kakao dari Desa Nglanggeran

Yogyakarta – Desa Nglanggeran yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta mendapat sokongan dari pemerintah sebagai salah satu desa wisata tersukses di Indonesia. Selain dari penyaluran dana dan penguatan infrastruktur untuk keperluan pariwisata, penduduk desa juga memperoleh dukungan untuk mengekspor salah satu komoditas yang terkenal di sana, yakni biji kakao.

Salah satu lembaga yang membantu mereka dalam proses ekspor biji kakao hingga sampai
ke luar negeri adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Eximbank). Sejak 2023 lalu,
mereka mendampingi warga Desa Nglanggeran hingga akhirnya bisa mengekspor biji kakao
ke luar negeri.

Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U. Norhadi, menjelaskan, pihaknya
menemani Koperasi Amanah Doga Sejahtera, koperasi yang terlibat dalam pembuatan
tanaman kakao hingga akhirnya bisa diekspor. Mulai dari prosedur dan administrasi ekspor,
kontrol kualitas biji kakao, bahkan hingga melakukan business matching dengan pembeli
dari luar negeri.

“Business matching adalah kegiatan mempertemukan pelaku UKM dengan buyer-nya di luar
negeri. Ini difasilitasi dengan LPEI. Sehingga, mereka akhirnya bernegosiasi dengan
buyer-nya dalam koordinasi LPEI, dan akhirnya menjual produknya,” tutur Maqin pada
Rabu, 1 Mei 2024.

Baca juga: Kolaborasi LPEI dan Diaspora RI, Sukses Bikin 19 UKM Lokal Tembus Pasar Kanada

Agenda ini yang akhirnya mempertemukan Koperasi Amanah Doga Sejahtera dengan
pembeli asal Swiss bernama Smith, yang merupakan pemilik Cokelat Monnier.
Maqin juga menambahkan, dengan komoditas biji kakao di Desa Nglanggeran yang kini
sudah bisa diekspor, para petani bisa meraup keuntungan lebih banyak karena harga
ekspornya lebih baik dibandingkan harga lokal.

“Mereka memiliki 10 hektare kebun yang ditanami cokelat. Dan akhirnya, mereka bisa ekspor
dan meningkatkan daya saingnya. Berarti, para petani bisa lebih ‘cuan’ karena harga
ekspornya lebih baik dibanding harga lokal,” terangnya.

Testimoni Petani Kakao Setempat

Terpisah, Ketua Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Desa Nglanggeran, Ahmad Nasrodin,
mengungkapkan bahwa LPEI memiliki jasa besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani
kakao di Desa Nglanggeran.

Mulanya, petani kakao setempat kesulitan untuk memperoleh keuntungan dari komoditas
tersebut, lantaran harganya kerap dipermainkan tengkulak. Ahmad berujar, mereka sempat
mendapat pendanaan dari Jasa Asuransi Indonesia sebesar Rp875 juta. Tetapi, dana
tersebut baru cukup untuk membangun usaha bernama “Omah Kakao”.

“Dari situ, kita akhirnya bisa membuat ‘Omah Kakao’ ini. Tapi, itu masih awal hanya dalam
bentuk rumah saja senilai Rp25 juta,” beber Ahmad pada sesi Press Tour Kementerian
Keuangan, Kamis, 2 Mei 2024.

Sembari mengembangkan kualitas kakao mereka, petani kakao Desa Nglanggeran
mendapat koneksi dengan LPEI pada 2023 lalu. Sejak saat itu, mereka memperoleh
bantuan dari lembaga yang didirikan pada 2009 tersebut.

“Dengan adanya LPEI, kami ditingkatkan (kualitas) SDM-nya. Ada semacam pelatihan gitu,”
lanjut Ahmad.

Baca juga: BPS: Ekspor RI Maret 2024 Naik 16,4 Persen, Tembus USD22,43 Miliar

Pelatihan dan peningkatan kualitas SDM yang dilaksanakan LPEI kepada para petani kakao
ini membuahkan dampak positif terhadap komoditas biji kakao di sana.

Saat ini, Desa Nglanggeran memiliki 96 petani kakao, yang mempunyai 10 hektare kebun
kakao. Pada 2023 lalu, mereka mampu menghasilkan 10 ton buah kakao dan 3,1 ton biji
kakao kering.

Per bulannya, para petani bisa memproduksi 132 kilogram biji kakao
fermentasi, yang dibanderol sekitar Rp100 ribu per kilogramnya, meningkat kurang lebih 10
kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Related Posts

News Update

Top News