Jakarta–Asia menjadi salah satu target investasi properti oleh sejumlah investor. Negara-negara seperti Hongkong, Singapura, dan Tiongkok menjadi incaran para investor dalam melakukan investasi di properti. Namun, perlambatan ekonomi yang terjadi beberapa tahun belakangan telah ikut mempengaruhi pasar properti di negara-negara tersebut.
Kondisi ini membuat para investor melirik pasar properti di negara-negara lain yang memiliki potensi pasar yang bagus dalam berinvestasi properti. Para investor ini mencapi peluang di sejumlah negara Asia yang masih belum dimanfaatkan sebagai hotspot untuk berinvestasi. Negara-negara manakah itu?
Dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pasar properti yang matang, Asia yang sedang berkembang menawarkan berbagai macam keuntungan bagi investor real estate yang cerdik. Lamudi baru-baru ini merilis sebuah panduan untuk hotspot properti mana saja yang belum dimanfaatkan pada 2016.
Boracay, Filipina
Filipina dikenal dengan destinasi pantainya. Pulau Boracay kini menjadi hotspot investasi residensial yang sedang berkembang. Dengan sebuah bandara baru yang akan dibuka tahun ini dan peluncuran pembangunan properti yang besar di pulau ini, Boracay menjadi lebih terkenal diantara pembeli residensial dan properti komersial. Meski pasar properti Boracay masih jauh dari puncaknya, namun dengan pembangunan yang terus-menerus dilakukan di pulau ini artinya nilai real estate di sini masih relatif rendah. Sebagai percepatan pembangunan, nilai properti diharapkan bisa bertambah tinggi pada tahun yang akan datang.
Surabaya, Indonesia
Surabaya yang adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta menjadi tempat yang paling disukai di antara investor properti. Harga properti di Surabaya juga kompetitif bila dibandingkan dengan Jakarta. Pertambahan harga di sini adalah yang tertinggi di Jawa Timur sejalan dengan meningkatnya permintaan pada sektor residensial dan peningkatan aktivitas komersial seperti perusahaan asuransi yang besar, telekomunikasi serta pertambangan. Sektor-sektor ini tertarik untuk melakukan ekspansi ke kota ini.
Yangon, Myanmar
Pasca membuka diri dengan dunia luar, harga real estate di Myanmar k ini melonjak naik. Dampak terutama sangat terasa di Yangon, yang merupakan penghubung negara-negara Asia Tenggara. Perubahan sedang terjadi di pasar perbatasan ini, apalagi dengan adanya UU Kondominium baru yang disahkan bulan Januari dan memungkinkan kepemilikan asing bangunan bertingkat tinggi. Selain itu, setelah pemilu baru-baru ini dimenangkan oleh Liga Demokrasi Nasional, harapan tinggi bahwa pemerintahan demokrasi yang baru akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk merangsang pertumbuhan real estate.
Gampaha, Sri Lanka
Kota terbesar di Sri Lanka, Kolombo, biasanya menjadi target oleh para investor real estate. Permintaan akan lokasi di negara tersebut juga mengalami kenaikan. Berdasarkan data Lamudi, Gampaha adalah lokasi kedua yang paling dicari oleh para pencari hunian di Sri Lanka dengan angka pencarian yang meningkat dari 2015. Harga properti di sini pun masih relatif rendah dengan permintaan yang tinggi, ditambah lagi sekarang banyak warga yang memilih untuk tinggal di Gampaha dan melakukan perjalanan pulang-pergi untuk bekerja di Kolombo.
Chittagong, Bangladesh
Kota pelabuhan Chittagong termasuk ke dalam lokasi yang strategis, dengan pertambahan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang menyeluruh. Pembangunan berlangsung dengan sangat baik di sini dan Kementerian Perencanaan Bangladesh kini sedang menyoroti proyek infrastruktur di wilayah Chittagong yang bernilai lebih dari US$7 milyar. Proyek unggulan pada proposal tersebut adalah proyek pembangunan jalan yang menghubungkan Chittagong dengan Kunming di baratdaya Cina, melalui Cox’s Bazar dan Myanmar. Ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan, karena pasar properti di kota ini telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat beberapa tahun ini, dengan harapan ini akan terus berlanjut di tahun 2016.(*) Ria Martati