Jakarta– PT Bank Permata Tbk (PermataBank) membukukan laba bersih Rp938 miliar, per 30 September 2015. Angka itu turun 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski Pendapatan Operasional (konsolidasi dan tidak diaudit) dalam periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2015 meningkat 19% year-on-year (yoy) menjadi Rp. 6,34 triliun dari Rp. 5,32 triliun dalam periode yang sama pada tahun 2014.
Sandeep Jain, Direktur Keuangan PermataBank mengatakan, kuartal ketiga 2015 adalah masa yang sulit mengingat industri perbankan menghadapi dinamika tantangan berupa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, penurunan tingkat konsumsi dan ketidakpastian geo-politik dan ekonomi makro.
“Kinerja PermataBank dipengaruhi oleh penurunan kualitas aset sehingga kami membukukan beban pencadangan kredit (loan impairment charges) yang lebih tinggi sebagai akibat dari penurunan dalam siklus ekonomi. Kami akan terus memperketat standar underwriting dan secara proaktif memonitor nasabah dalam sektor-sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum. Kami melihat risiko downsideyang lebih lanjut dalam kuartal keempat dan pengelolaan NPL tetap merupakan tantangan terbesar ke depan terhadap profitabilitas Bank,” kata Sandeep dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu 28 Oktober 2015.
Kondisi ekonomi makro yang penuh tantangan diakui Perseroan terus berdampak pada kualitas aset Bank, sehingga menyebabkan peningkatan berlanjut pada rasio NPL Gross dan Net masing-masing menjadi 2,50% dan 1,33% pada 30 September 2015 dari 1,44% dan 0,75% di tahun sebelumnya. Mengingat penurunan berkelanjutan pada kondisi ekonomi makro, Bank mengalami tekanan portofolio yang signifikan dalam kuartal ketiga. Beban pencadangan (provision expense) naik 226% yoy menjadi Rp. 1,64 triliun. Situasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada kuartal keempat.
Sementara total aset per 30 September 2015 mencapai Rp. 194 triliun, naik hanya 5% yoy dari Rp. 185 triliun pada tahun sebelumnya, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit secara konservatif sebesar hanya 2% yoy menjadi Rp. 133 triliun pada akhir September 2015. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh segmen kredit otomotif di bawah program Joint Finance, bisnis UKM dan local serta middle market corporates yang ditopang oleh produk Trade Finance dan produk-produk pinjaman. Bank terus mengelola likuiditasnya dengan baik dan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 2% yoy menjadi Rp. 151 triliun, sehingga menghasilkan rasio Loan-to-Deposit (LDR) yang stabil di level 88%. (*) Ria Martati