Jakarta – Laba bersih Maybank Indonesia hingga Desember 2017 tercatat sebesar Rp1,8 triliun. Laba bersih tercatat turun tipis dari Rp1,9 triliun pada Desember 2016.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria menjelaskan, beban biaya provisi kredit yang dibayarkan Maybank pada tahun lalu membuat laba Maybank Indonesia sedikit menurun.
“Tahun lalu ada provisi biaya hukum yang diluar proyeksi mempengaruhi perolehan laba. Disamping kami juga menambah provisi kredit lebih konservatif, NPL ratio sekarang sudah lebih sehat,” jelas Taswin kepada Infobank di Jakarta, Selasa 27 Febuari 2018.
Sementara itu, untuk pendapatan operasional gross tercatat tetap tumbuh 5 persen menjadi Rp10,4 triliun pada Desember 2017. Taswin mengatakan, pendapatan Bank yang tumbuh 5 persen didukung peningkatan efisiensi operasional.
“Peningkatan efisiensi operasional berkelanjutan selaras dengan Strategic Cost Management Program (SCMP), peningkatan pendapatan nonbunga, kinerja perbankan global yang kuat, pertumbuhan yang tajam dan kinerja anak perusahaan yang meningkat,” ungkap Taswin.
Selain itu, Maybank Indonesia juga mencatat pertumbuhan kredit yang moderat sebesar 3 persen menjadi Rp125,4 triliun pada Desember 2017 dari Rp121,8 triliun pada Desember 2016. Kredit perbankan global mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 17,1 persen menjadi Rp30,2 triliun per Desember 2017 dari Rp25,7 triliun per Desember 2016.
Selain itu, kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Perbankan Bisnis tumbuh 2 persen menjadi Rp52,6 triliun per Desember 2017 dari Rp51,5 triliun tahun lalu. Sementara itu, kredit perbankan Ritel mengalami kontraksi sebesar 4,1% menjadi Rp42,7 triliun per Desember 2017 sehubungan perlambatan di sektor konsumer.
“Meskipun pertumbuhan kredit kami tidak terlalu tinggi, tetapi kami dapat membukukan pendapatan dari sumber lain seperti feetransaksional dan efisiensi operasional yang meningkat. Strategi kami ke depan adalah terus memperkenalkan produk yang dapat mendatangkan pendapatan fee yang kurang terpengaruh oleh volume kredit dan dinamika persaingan untuk memastikan pertumbuhan pendapatan fee yang berkelanjutan,” kata Taswin.
Maybank Indonesia pun dapat meningkatkan kualitas aset secara signifikan seperti tercermin dari tingkat NPL yang rendah, yakni 2,8 persen (gross) dan 1,7 persen (nett) pada Desember 2017 dibandingkan 3,4% (gross) dan 2,2% (nett) tahun 2016 lalu. Maybank Indonesia berhasil menyelesaikan penjualan beberapa kredit NPL lama dan juga melakukan penghapus-bukuan beberapa NPL lama sebagai bagian dari usaha bank untuk membersihkan portofolio kreditnya.
“Kami akan tetap mengelola kualitas aset secara konservatif dan mengambil mengambil sikap proaktif terhadap fasilitas kredit nasabah yang terkena dampak iklim ekonomi yang penuh tantangan,” tukas Taswin.
Baca juga: Maybank Dipercaya Memfasilitasi Layanan Transaksi Bilateral
Sementara untuk rasio CASA, tercatat mencapai 40 persen dengan total pertumbuhan simpanan nasabah dari Rp118,9 triliun pada Desember 2016 menjadi Rp121,3 triliun pada Desember 2017. Taswin menilai, peningkatan rasio CASA terutama disebabkan oleh fokus Bank untuk membangun transactional banking dan layanan cash management serta meningkatkan saluran elektronik termasuk fasilitas mobile banking Maybank MOVE.
“MOVE akan difokuskan pada program-program masa datang yang mendukung gaya hidup milenial dan diharapkan dapat meningkatkan rasio CASA di masa mendatang,” tambah Taswin.
Likuiditas Maybank Indonesia sendiri sepanjang tahun terkelola dengan baik; Loan-to-Deposit Ratio (LDR) terjaga dengan sehat pada tingkat 88,1% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank) sebesar 144,1% pada kuartal terakhir 2017, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 90,0%.
Sementara pendapatan Bunga Bersih (NII) tercatat tumbuh 3,7 persen menjadi Rp7,7 triliun pada Desember 2017 dibandingkan dengan Rp7,4 triliun pada tahun sebelumnya. Marjin Bunga Bersih (NIM) naik tipis dari 5,1 persen menjadi 5,2 persen meskipun terjadi tekanan pada imbal hasil kredit, sehubungan Bank terus menerapkan pricing kredit yang displin dan pengelolaan pendanaan secara aktif.
Sementara pendapatan nonbunga Maybank juga tumbuh hampir 8 persen mencapai Rp2,7 triliun pada Desember 2017, terutama diperoleh dari fee bancassurance, fee terkait treasury, administrasi ritel, administrasi kredit, anak perusahaan, dan jasa layanan lain yang disediakan Bank.
Dan yang terakhir, Cost to income ratio Bank yang rendah memperlihatkan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan unit pendukung telah meningkatkan efisiensi di operasional bisnis. Upaya pengelolaan biaya strategis secara terus-menerus telah mendorong recurring Cost to Income Ratio (CIR) membaik menjadi 53,4 persen.(*)