Tingkat NPL perbankan yang masih terjaga atau masih di bawah 5%, telah menunjukkan bahwa kondisi perbankan masih oke di tengah pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Rezkiana Nisaputra
Jakarta–Kendati nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sudah menginjak kisaran Rp14.000 per USD, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan, bahwa kondisi perbankan nasional sejauh ini belum terkena dampak yang signifikan dan masih dalam tahap yang sehat.
Hal ini, kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, sejalan dengan tingkat rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan yang masih berada di level yang terjaga yakni untuk NPL Gross di tingkat 2,5% dan NPL Nett 1,5%. Adanya kondisi tersebut, dia menegaskan, bahwa perbankan nasional masih kuat dan stabil.
“Perbankan masih oke, perbankan itu istilahnya concern, pokoknya bukan kepada Rupiah atau indeks, saya fokusnya pada NPL. Jadi NPL masih kecil 2,5% gross, nett 1,5%. Jadi daya tahan industri perbankan masih cukup kuat. Kalau potensi kedepan, nanti kita lihat bareng-bareng,” ujar Muliaman di Jakarta, Senin, 31 Agustus 2015.
Namun demikian, untuk kredit perbankan diperkirakan tidak akan tumbuh di angka 14%. Muliaman mengatakan, hingga akhir tahun ini, kredit diperkirakan dapat tumbuh di kisaran 12%-13%. Menurutnya, angka tersebut sudah sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang telah di revisi akhir Semester I 2015 lalu.
“Kredit 14% engga sampai, mungkin 13%. Itu juga mungkin saya kira, kalau sudah sampai 13% sudah sesuai dengan rencana bisnis. Jadi menurut saya, jika 13% itu bisa tercapai maka itu sudah luar biasa. Jadi mungkin antara 12-13% lah,” tutup Muliaman. (*)