Jakarta – Perang antara Rusia dan Ukraina menimbulkan masalah baru dari sisi pasokan pangan yang mulai terganggu terutama komoditas gandum. Sehingga, akan berpotensi harganya akan semakin melonjak.
“Dua hari yang lalu keluar ancaman Rusia akan mengebom semua kapal yang membawa gandum dari Ukraina ke seluruh dunia, jadi ini adalah potensi baru bagaimana pasokan dari pangan salah satunya akan menjadi terganggu,” kata Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Senin, 31 Oktober 2022.
Lanjutnya, Bank Indonesia melihat bahwa risiko harga komoditas masih akan tinggi kedepannya. Untuk itu, bagaimana memitigasi risiko tersebut demi menjaga stabilitas ekonomi menjadi hal yang paling utama.
Sehingga, Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) menjadi salah satu langkah kebijakan pemerintah dari sisi suplai, untuk memastikan bahwa permasalahan pasokan pangan bisa ditangani dengan baik.
“Pertumbuhan ekonomi yang melambat itu adalah proritas kedua, karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi kalau itu diikuti harga yg tinggi sehingga mengurangi daya beli oleh karena itu menjadi mandat Bank Indonesia untuk menjaga inflasi,” ujar Dody.
Dalam menjaga inflasi, Bank Indonesia pada Oktober 2022 menaikan suku bunga acuan sebesar 4,75%. Keputusan tersebut diambil karena BI melihat ada potensi baru yang menyebabkan inflasi akan meningkat.
“Bank Indonesia baru saja menekan suku bunga karena kita juga melihat ada potensi baru inflasi kita akan naik karena permintaan kita akan meningkat. Mobilitas sekarang sudah bisa dikatakan tidak ada restriksi lagi orang sudah mulai belanja di mall, bahkan travel juga sudah mulai banyak,” ungkapnya. (*) Irawati