Kredit Nganggur Kian Melonjak, Ini Upaya yang Dilakukan BI

Kredit Nganggur Kian Melonjak, Ini Upaya yang Dilakukan BI

Poin Penting

  • Undisbursed loan November 2025 mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18% dari plafon kredit
  • Pertumbuhan kredit perbankan 7,74% yoy, lebih rendah dari 10,79% yoy tahun lalu
  • BI mendorong permintaan kredit melalui koordinasi dengan pemerintah dan KSSK serta membangun kepercayaan pelaku usaha

Jakarta – Bank Indonesia (BI) terus berupaya menciptakan permintaan kredit serta meningkatkan kepercayaan pelaku usaha agar pertumbuhan kredit dan pembiayaan meningkat.

Pasalnya, permintaan kredit terindikasi belum kuat, dipengaruhi oleh perilaku wait and see dari pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, serta lambatnya penurunan suku bunga kredit.

Hal itu juga tecermin dari fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada November 2025, yang masih tercatat besar, yaitu mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18 persen dari plafon kredit yang tersedia.

Baca juga: Kredit ‘Nganggur’ Kian Tinggi, OJK Optimistis Ekonomi Domestik Membaik

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Solikin M. Juhro mengakui bahwa pertumbuhan kredit pada tahun ini tidak setinggi tahun lalu, yang dipicu oleh kondisi perekonomian yang masih perlu dorongan. 

Tercatat, kredit perbankan pada November 2025 hanya tumbuh sebesar 7,74 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dari 7,36 persen yoy pada bulan sebelumnya, namun masih lebih rendah bila dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 10,79 persen yoy.

Solikin menyatakan, BI telah mengidentifikasi permasalahan dari sisi permintaan kredit yang masih lemah untuk didorong, salah satunya dengan memperkuat koordinasi dengan pemerintah maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

“Nah sehingga kebijakan-kebijakan yang akan kita lakukan ke depan ini selain kita menggunakan regular instrumen, instrumen makroprudensial, kita juga melakukan koordinasi, komunikasi dan koordinasi yang diperkuat untuk mendorong respons sisi demand, respon sektor riil,” jelas Solikin.

Baca juga: BTN Bidik Pertumbuhan Kredit 2026 hingga 11 Persen, Ini Pendorongnya

Dalam hal ini, BI juga telah memberikan pemahaman kepada pemerintah mengenai sektor-sektor yang dapat mendorong kegiatan ekonomi dan membangun kepercayaan pelaku usaha agar kredit kembali ‘menggeliat’.

“Yang utama di luar itu adalah membangun persepsi confidence ekonomi, nah sehingga memang kenapa kebijakan itu harus kredibel dan di orkestrasikan dengan baik. Sehingga masyarakat itu gak merasa was-was, jadi kredibel itu dalam pencapaian targetnya juga harus kredibel komunikasinya jelas, kelihatannya memang gak pakem tapi itu harus kita lakukan,” ungkapnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

News Update

Netizen +62