Namun, membangun perusahaan startup di Indonesia bukannya tanpa permasalahan, banyak yang mengeluhkan untuk mencari tenaga ahli di Indonesia. Diperkirakan, jumlah pekerja terampil di negeri ini hanya 10% dari total tenaga kerja. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara terendah mencetak tenaga ahli di kawasan Asia Tenggara.
Menurut World Economic Forum, beberapa startups di Indonesia dipaksa bekerja mandiri agar bisa berkembang.Ini yang menjadi salah satu faktor yang membuat perusahaan swasta teknologi sulit mendapatkan keuntungan US$1 miliar.
Pemerintah telah berjanji untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga ahli ini dengan memasukan ketrampilan teknologi kepada kurikulum pendidikan di Indonesia dan memfasilitasi transfer pengetahuan dari investor asing. Karenanya, pemerintah akan bantu biayai startup di Indonesia.
“Kita sangat memuji pemerintah untuk mengatasi permasalahan pendanaan, namun masalah yang sebenarnya adalah kekrangan keterampilan,” kata Mart Polman Managing Director Lamudi Indonesia sebuah portal properti global.(*) (Baca juga : Dukung Startup, Mastercard Buka Program Start Path)
Page: 1 2
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More
Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More
Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More
Jakarta — Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mencatat, penggunaan QRIS di Jawa Tengah… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More