AAEI melansir dari 20 emiten BUMN yang tercatat di bursa, hanya empat emiten yang saham masih dibilang bagus. Sementara 16 emiten lainnya sudah anjlok sangat dalam. Dwitya Putra
Jakarta – Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mulai pesimis akan kondisis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai akhir tahun. Hal ini diperparah dengan menurunnya kinerja saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah merosot tajam dari posisi awal tahun. Padahal saham BUMN diharapkan bisa menopang laju indeks, karena total komposisi kapitalisasi pasar 20 emiten BUMN mencapai 26% di bursa.
Melihat hal ini, Ketua AAEI, Haryajid Ramelan mengatakan pemerintah dalam hal ini kementrian BUMN perlu mengambil langkah kongkrit dalam menahan penurunan harga saham BUMN.”Kementrian harus melakukan sesuatu. Karena dulu itu saham BUMN jadi motor penggerak indeks. Sekarang tidak kelihatan,” kata Haryajid di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 10 September 2015.
Jika kementrian BUMN diam saja dan tidak ada upaya melakukan sesuatu atau memperbaiki kinerja, kata Haryajid, maka dikhawatirkan saham BUMN sudah tidak dianggap cantik lagi oleh investor. Apalagi saat ini masih banyak investor yang memiliki saham BUMN.”Boleh dibilang saham emiten BUMN itu saham sejuta umat,” jelasnya.
Haryajid membeberkan, dari 20 emiten BUMN yang tercatat di bursa, hanya empat emiten yang saham masih dibilang bagus. Sementara 16 emiten lainnya sudah anjlok sangat dalam seperti Antam, Semen Indonesia, Mandiri dan lain-lain.
Analis Recapital Securities, Andrew Argado menyarankan, direksi BUMN perlu lebih aktif lagi melakukan keterbukaan informasi kepada investor, terkait apa saja yang dilakukan. Hal ini untuk memperjelas apa saja yang dilakukan emiten dalam mendongkrak kinerjanya.”Karena kita tak tau apa saja sih yang dilakukan,” jelasnya