Jakarta – Para investor dan trader kini mulai ‘memburu’ kinerja keuangan emiten yang moncer untuk mencari peluang cuan. Di sektor keuangan, misalnya, ada emiten PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) yang terus menunjukkan kinerja keuangan yang positif.
Emiten yang dikenal sebagai Tugu Insurance ini mencatatkan lonjakan laba bersih semester I-2023 menjadi Rp1,03 triliun, naik 440 persen secara year on year (YOY) dibandingkan tahun lalu yang tercatat Rp225,38 miliar.
Meroketnya laba bersih Tugu diperoleh dari pertumbuhan pendapatan premi neto 19 persen menjadi Rp1,52 triliun. Sementara itu, pendapatan underwriting tumbuh 16 persen dan pendapatan investasi tumbuh 21,2 persen.
Baca juga: Laba Melejit 440%, TUGU Siap Tebar Dividen?
Sementara risk base capital (RBC) sebesar 570 persen di semester I-2023. Dengan RBC tersebut, perusahaan menunjukkan dalam kondisi keuangan yang sangat stabil.
Analis Pasar Modal, Cheril Tanuwijaya memperkirakan laba bersih TUGU berpotensi menyentuh Rp1,18 tiliun pada kuartal III-2023. Naik 4,6 kali lipat dari periode sama tahun lalu. Selain kinerja keuangan yang melesat, valuasi saham perseroan terdiskon dalam, sehingga membuka potensi upside yang menjanjikan. Apa faktor pendorongnya?
“Selain karena menang dalam kasus hukum di Hong Kong, kinerja TUGU ditopang oleh core bisnis yang tetap solid,” kata Cheril dikutip 27 Oktober 2023.
Dari sisi investasi, lanjutnya, kinerja TUGU juga akan turut terdongkrak karena perseroan sempat berinvestasi di saham PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) yang mengalami uptrend di tengah menguatnya selera pasar terhadap sektor energi baru terbarukan (EBT).
Diketahui, TUGU tercatat sempat menggenggam saham PGEO sebanyak 332,4 juta saham dengan nilai Rp279,32 miliar. Namun, saat harga saham PGEO mengalami kenaikan, TUGU perlahan-lahan merealisasikan keuntungan dari capital gain tersebut.
“Kombinasi antara pertumbuhan pendapatan premi, kinerja investasi yang positif, efisiensi operasional dan aspek one off gain dari kasus hukum dengan Citibank menjadi katalis positif untuk harga saham TUGU,” katanya.
Sementara, Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan, ada beberapa katalis membuat saham TUGU menjadi top gainer di sektor asuransi tahun ini. Pertama, laba bersih perseroan melonjak 360% yoy menjadi Rp1,03 triliun semester I-2023.
“Kedua ekspektasi dividen jumbo, menyusul kenaikan signifikan laba bersih tahun 2023 dan ketiga, keberhasilan dari stock split,” ungkap Rio.
Baca juga: Tugu Insurance Dukung Pendidikan Lewat Program Beasiswa dan Literasi Keuangan
Dia menjelaskan, ekspektasi dividen jumbo didasari laba TUGU yang meningkat signifikan pada tahun ini. Kalau mengacu rata-rata rasio dividen historis perseroan sebesar 30-40%, peluang dividen tahun buku 2023 berkisar Rp300-400 miliar, setara yield 8-10%.
“Level tersebut tergolong besar, karena indeks IDX High Dividend memberikan yield hanya di kisaran 5 persen,” jelasnya.
Tak hanya dalam negeri, investor asing terpantau menyukai saham TUGU. Di tengah net foreign sell di Bursa Efek Indonesia yang mencapai Rp3,3 triliun pekan lalu, investor asing masih tercatat net buy saham TUGU.
Adapun harga wajar saham TUGU berada pada level Rp2.600 atau setara dengan price to book value (PBV) satu kali. Secara year-to-date, saham TUGU telah memberikan capital gain kepada investor sebesar 48%, terbaik di sektor asuransi.
“Harga wajar itu bisa menjadi acuan target price jangka panjang saham TUGU. Namun, untuk mencapai ke sana juga perlu dicermati faktor teknikalnya,” ungkap Rio. (*)