Kenaikan Harga Minyak Mentah Persulit Target Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan Harga Minyak Mentah Persulit Target Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta – Reli harga minyak mentah global yang terjadi selama 2 tahun ke belakang diprediksi akan mempersulit Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Demikian diungkapkan oleh Eko Listiyanto Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

“Kalau terus-terusan naik dan dugaan kami bisa menembus US$100 per barel, dan implikasinya tidak mudah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi dengan situasi geopolitik yang demikian,” jelas Eko pada paparan virtualnya, 8 Februari 2022.

Ia menceritakan, seiring dengan pemulihan ekonomi yang semakin tinggi, permintaan akan energi seperti minyak mentah terus meningkat. Hal tersebut juga berbarengan dengan musim dingin AS yang semakin memicu kelangkaan minyak untuk kebutuhan produksi dan distribusi.

Setelah sempat melandai, harga kembali naik karena dipicu oleh konflik geopolitik negara Rusia dan Ukraina. Rusia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak mentah besar dan konflik dengan Ukraina menimbulkan ke khawatiran di kalangan pelaku industri. Hal ini semakin memicu harga minyak mentah.

Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret yang diperdagangkan di London berada diposisi US$92,69 per barel. Sebelumnya harga minyak Brent mencapai puncak tertinggi selama tujuh tahun terakhir pada Jumat (4/2/2022).

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April yang diperdagangkan di New York ditutup pada posisi US$91,32 barel setelah mencapai harga tertingginya sejak 2014 di US$93,17. (*)

 

Editor: Rezkiana Nisaputra

Related Posts

News Update

Top News