Jakarta – Kakaobank kembali bekerja sama dengan Habitat for Humanity Indonesia mendukung pembangunan rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah di Tanah Air.
Sekitar 50 relawan dari Kakaobank Korea dan Superbank Indonesia berpartisipasi dalam program bertajuk “Kakaobank Connect Village 2025”, berhasil membangun 17 unit rumah layak huni dan mendirikan fasilitas pendidikan berupa Laboratorium TIK di SMP Bhakti Pertiwi di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang,
Corporate Support Group/Head of Group Executive Vice President Kakaobank Korea Hayden Shin mengatakan, langkah ini upaya perseroan berkontribusi dalam meningkatkan akses pendidikan dan teknologi bagi anak-anak di Rajeg.
“Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan mendukung pertumbuhan anak-anak dari keluarga kurang mampu,” ujarnya, dikutip Kamis, 4 September 2025.
Baca juga : Superbank Dapat Suntikan Modal dari Grab, Singtel dan KakaoBank, Segini Nilainya
Sementara, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia Handoko Ngadiman menambahkan kolaborasi ini menunjukkan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan organisasi kemanusiaan.
“Selain menyediakan rumah yang layak huni, laboratorium TIK akan meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Bhakti Pertiwi, memberikan siswa akses yang memadai terhadap teknologi dan mendukung pembelajaran modern,” ujarnya.
Ia menambahkan, program Kakaobank Connect Village 2025 merupakan wujud nyata komitmen Kakaobank dalam mendukung pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, memperkuat upaya Habitat for Humanity Indonesia untuk menyediakan rumah layak huni dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Rajeg.
Baca juga : BSI Dorong Pendidikan Berkelanjutan Lewat Program Rumah Quran
Diketahui, Kecamatan Rajeg menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Dari lima desa yang ditetapkan sebagai zona kemiskinan ekstrem, tiga di antaranya diprioritaskan untuk program pengentasan kemiskinan.
Banyak siswa dari keluarga berpenghasilan rendah tinggal di rumah yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka, memengaruhi kondisi fisik dan kemampuan mereka untuk fokus pada pendidikan.
Program ini mengatasi tantangan nyata yang dihadapi oleh anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau akses terbatas pada pendidikan digital. (*)
Editor: Galih Pratama









