KADIN Siap Jadi Pioneer Ekonomi Maritim

KADIN Siap Jadi Pioneer Ekonomi Maritim

Kadin memandang perlu ada pemetaan terhadap berbagai sektor kelautan dan perikanan yang terimbas perekonomian global. Kadin sendiri siap mendukung optimalisasi potensi kemaritiman di Indonesia.

Jakarta—Program ekonomi maritim yang dicanangkan Presiden Joko Widodo telah menggugah motivasi dan inisiatif dari segenap lembaga, organisasi hingga elite politik. Setelah beberapa waktu lalu Bank Indonesia menggelar diskusi pengembangan ekonomi maritim dengan membidik Kawasan Indonesia Timur (KIT) dengan menggandeng sejumlah kementrian dan lembaga terkait diantaranya, Kementrian Perhubungan, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Kelautan dan Kemaritiman, dan Gubenur-gubernur di KIM, kini giliran Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang juga menggelar diskusi alias urun rembug untuk membahas pengembangan ekonomi maritim.

Dalam acara urun rembug membahas sektor kelautan dan perikanan, KADIN juga menggandeng sejumlah instansi dan lembaga terakait. Dalam acara tersebut, hadir Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Safri Burhanuddin; Koordinator Staf Ahli Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL), Ari Sadewo yang mewakili KASAL; perwakilan Komisi IV DPR RI, perwakilan DPD RI, Ketua Umum KADIN Indonesia Susilo Bambang Sulisto; dan pelaku usaha di sektor kelautan, perikanan dan kemaritiman.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto menyatakan, Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, siap menjadi pioneer bagi perekonomian kemaritiman.”Melalui acara urun rembug silaturahmi ini, KADIN Kelautan Perikanan ingin menjadi pioneer dalam merangkul pemerintah, DPR, TNI, kalangan pengusaha, dan pihak-pihak terkait, untuk melakukan sinkronisasi terhadap berbagai peluang ekonomi di sektor kelautan, perikanan dan kemaritiman,” ujar Yugi, Senin, 6 Juli 2015.

Yugi menambahkan, acara ini dimaksudkan untuk memberi gambaran komprehensif tentang berbagai potensi yang bisa dioptimalkan dalam rangka menyikapi isu poros maritim dunia.

Langkah ini, imbuh Yugi, sebagai salah satu upaya pemanfaatan momentum perlambatan ekonomi global yang berdampak pada perekonomian nasional. Untuk itu, perlu dilakukan pemetaan terhadap berbagai sektor kelautan dan perikanan yang terimbas perekonomian global tersebut. Seperti sektor perikanan yang menargetkan ekspor, pembangunan industri prosesing perikanan untuk memiliki nilai tambah, juga termasuk rumput laut dan udang, yang nilainya masih tinggi. “Apalagi dolar juga masih tinggi. Jadi pemetaan ini penting sekali untuk kita mampu memanfaatkan momentum perlambatan dunia bagi ekonomi nasional,” terang yugi.

Terkait sektor kemaritiman, Kadin mendorong agar pemetaan masalah distribusi dan perhubungan, penting untuk diformulasikan secara komprehensif. “Nah itu yang kita lihat. Jika secara bisnis peluangnya ada, kenapa tidak kita lanjutkan dengan kerjasama bersama BUMN yang membangun galangan kapal ataupun membangun pelabuhannya. Jadi BUMN dan Kadin punya share didalam program itu, sementara KADIN sebagai pengelolanya. Semua pihak bersinergi baik untuk hasil optimal bagi ekonomi nasional,” papar Yugi.

Pada saat sekarang ini, sinergi berbagai pihak sangat diperlukan untuk memperkuat langkah implementasi bersama. Pasalnya, cukup sulit untuk mengandalkan seluruhnya dilakukan oleh kalangan pengusaha, mengingat kondisi perekonomian global yang tengah mengalami kontraksi. Karena itu, semua pihak terkait harus turun dan berusaha serta berjibaku agar bersinergi membangun perekonomian kemaritiman Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Kadin sendiri berharap agar hasil pertemuan urun rembug tersebut juga membahas potensi wisata bahari di berbagai wilayah Indonesia. Tentu saja dengan melibatkan peran TNI Angkatan Laut dari sisi keamanannya. Yang juga penting dilakukan adalah memastikan keamanan jalur distribusi sekaligus memangkas biaya produksi barang dari satu daerah ke daerah lainnya.

“Kalau jalur distribusinya banyak, cost of production dari suatu investasi kan jadi rendah. Namun kapal itu cuma 1 bulan sekali ke suatu daerah, maka cost-nya jadi lebih mahal. Nah kiat-kiat ini yang kita coba samakan persepsinya. Bahkan kalau bisa kedepan, koordinasi seperti ini lebih sering dilakukan. Saat ini, kebetulan saja momennya adalah buka puasa bersama,” tambah Yugi.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri pada Mei 2015 tercatat 1,3 juta orang atau naik 2,92% dibanding bulan sebelumnya (month on month/mom). Peningkatan jumlah penumpang ini terjadi di sejumlah pelabuhan, diantaranya Pelabuhan Balikpapan naik sebesar 16%, Tanjung Priok (11,43%), Makassar (9,06%), dan Belawan (2,33%). Pada periode Januari-Mei 2015, jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri mencapai 5,6 juta orang atau naik 10,45% dibanding periode yang sama 2014 (year on year/yoy).

BPS juga mencatat, dari sekian kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi, adalag subkelompok ikan diawetkan yang memiliki inflasi terendah, yakni mencapai 0,37%. Inflasi tertinggi dial;ami ole sekolompok bumbu-bumbuan sebesar 3,19%. Komoditas dominan yang memberikan andil inflasi diantaranya adalah cabai merah dan daging ayam ras masing-masing 0,06%; telur ayam ras 0,05%; beras, ikan segar, dan apel masing-masing 0,02%.

Related Posts

News Update

Top News