Re-industrialisasi harus dipercepat dengan sinergi belanja modal Pemerintah dan investasi swasta yang ditopang oleh sektor perbankan. Ria Martati.
Jakarta– Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P Roeslani mendukung upaya Pemerintah dalam melakukan reindustrialisasi di Indonesia. Pasalnya saat ini Indonesia mengalami tantangan yang berat, Dalam kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi turun menjadi 4,67%, yang berarti pertumbuhan paling lambat dalam enam tahun terakhir.
Bersamaan dengan itu jumlah permintaan barang di dalam negeri juga menurun, demikian halnya dengan harga batu bara dan komoditi lain. Nilai tukar Rupiah merosot 10% terhadap Dolar tahun ini dan menjadi mata uang terburuk di Asia Tenggara.
“ Masa depan perekonomian Indonesia tergantung pada re-industrialisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya “,jelas Rosan dalam diskusi Peluang & Tantangan Ekonomi Indonesia Sekarang & 2016 di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu 19 Agustus 2015.
Ia mengatakan APBN saat ini tepat karena akan menopang ekonomi kita bergerak ke arah industrialisasi. Pasalnya reindustrialisasi membutuhkan infrastruktur.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah mengutarakan akan menggunakan anggaran belanja negara yang mencapai Rp1.984 triliun pada 2015 dan hampir Rp2.200 triliun pada 2016, untuk proyek-proyek produktif seperti infrastruktur dan program jaminan sosial yang dapat menopang daya beli masyarakat, seperti program keluarga harapan (PKH) dan kartu keluarga sejahtera. Belum lama ini pula beredar kabar bahwa Presiden sedang mempertimbangkan pembuatan peraturan untuk percepatan penyerapan anggaran.
“Sekarang di usia Indonesia yang ke-70, MEA sudah depan mata, dan investor banyak yang ingin masuk ke sini asalkan infrastruktur bagus dan ada kepastian regulasi. Jadi ini saat yang tepat untuk percepatan kemajuan ekonomi negeri. Pemerintah yang dulu sudah perkuat landasannya, sekarang saatnya take-off,” ditambahkan Rosan.
Namun, selain infrastruktur Indonesia juga membutuhkan teknologi dan peningkatan kualitas SDM.