Jurus GRP Dukung Inovasi Baja dan Keberlanjutan Industri RI

Jurus GRP Dukung Inovasi Baja dan Keberlanjutan Industri RI

Jakarta – Industri baja merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia, yang berpotensi memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. 

Salah satu inovasi teranyar yang kini menjadi fokus utama yakni produksi baja ramah lingkungan, atau populer dengan sebutan green steel

Konsep green steel ini mengacu pada penggunaan sumber daya dan proses produksi yang lebih bersih, dan pengurangan emisi karbon yang dihasilkan selama proses pembuatan baja. 

Indonesia pun tak ketinggalan mencapai standar green steel. Salah satu emiten baja nasional menunjukkan komitmen serius dalam hal ini PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP).

Baca juga: Transaksi Temu Bisnis FESyar Sumatera 2025 Tembus Rp12 Miliar

GRP memperkenalkan dua lini produk yakni FORTISE dan FORTISE+. Kedua produk dikembangkan untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin beragam.

Presiden Direktur GRP, Fedaus menjelaskan, kedua produk ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam menyediakan material konstruksi yang tangguh dan selaras dengan tren keberlanjutan global. Mulai dari efisiensi biaya, ketahanan material, hingga aspek lingkungan.

“Peluncuran FORTISE dan FORTISE+ merupakan bagian dari komitmen kami untuk terus berinovasi, terutama dalam menghadirkan pilihan material baja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kebutuhan pasar,” ujarnya, dikutip Kamis, 26 Juni 2025.

Menurutnya, dengan menggunakan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dan material baja scrap, GRP berupaya menghadirkan solusi yang relevan di tengah perubahan.

“Kami percaya, inovasi perlu berjalan seiring dengan tantangan, dan kemajuan industri nasional hanya dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor dan keberanian untuk mencoba pendekatan baru,” jelasnya.

Diketahui, FORTISE ditujukan untuk aplikasi umum, menawarkan fleksibilitas dan efisiensi produksi bagi proyek konstruksi skala besar maupun menengah. 

Baca juga: Permata Bank Bekali Nasabah Tajir Kelola Portofolio Bisnis

Sementara FORTISE+ diformulasikan untuk kebutuhan yang lebih spesifik, seperti struktur bangunan bertingkat, fasilitas industri, dan infrastruktur berat. 

Produk ini memadukan antara kekuatan dan keberlanjutan. FORTISE+ dibuat dari material baja scrap dengan kadar sekitar 75 persen, dan memiliki yield strength di atas 345 MPa, tensile strength lebih dari 450 MPa, serta tersedia dalam ketebalan hingga 120 mm.

Peluncuran dua produk unggulan GRP ini mendapat perhatian positif dari pemangku kepentingan pemerintah dan industri. 

“Inisiatif pengembangan produk baja yang efisien energi dan ramah lingkungan merupakan langkah penting dalam memperkuat daya saing industri nasional di tengah transisi global menuju ekonomi hijau,” terang Direktur Logam, Ditjen Ilmate, Kementerian Perindustrian RI Dodiet Prasetyo.

Direktur Keberlanjutan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, Kimron Manik, juga menyampaikan dukungannya. Dia mengatakan, infrastruktur masa depan harus lebih cerdas, lebih hijau, dan dibangun bersama. 

“Kementerian Pekerjaan Umum mendorong penggunaan material konstruksi yang ramah lingkungan sejak tahap desain hingga operasional. Baja memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan adaptif,” jelasnya.

Kolaborasi Riset dengan Universitas Indonesia

Di sela-sela peluncuran kedua produk, GRP juga menandatangani Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) dengan Center for Materials Processing and Failure Analysis (CMPFA) Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 

Penandatanganan MoU merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sinergi antara industri dan dunia akademik. 

Kolaborasi tersebut mencakup pengembangan pelatihan, riset bersama, serta pertukaran pengetahuan dan keahlian teknis untuk mendorong transisi industri baja nasional menuju praktik yang lebih berkelanjutan.

Kepala CMPFA FTUI, Dr. Ing. Reza Miftahul Ulum, mengatakan, kolaborasi ini menjadi langkah penting dalam menyatukan kapasitas riset akademik dengan kebutuhan nyata industri. 

“Kami berharap kerja sama ini dapat mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan di sektor baja dan membuka ruang partisipasi lebih luas bagi talenta muda Indonesia,” pungkasnya. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update