Jakarta–Mengatur uang bukanlah hal mudah, nyatanya menurut financial planner Prita Gozie 50% orang Indonesia bahkan tidak bisa membedakan antara tabungan, simpanan dan investasi.
“Orang Indonesia banyak yang bilang gaji bertahan seminggu aja, mereka simpan uanb tapi uang yang mereka simpan ditarik lagi, dipakai lagi, akhir bulan nol lagi, jadi orang gak bisa bedain antara tabungan dan dompet elektronik,” kata Prita di acara gerakan #SayangUangnya di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2016.
Selain tak bisa membedakan simpanan, tabungan dan investasi, banyak orang terjebak pada utang. Bahkan dia menyebut 18% masyarakat Indonesia memiliki utang demi gaya hidup yang tinggi. Kemudian akhirnya pola pikir masyarakat terjebak pada mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi. Padahal, ia menegaskan uang sedikit pasti cukup untuk biaya hidup, tapi uang sebanyak apapun tak akan cukup untuk gaya hidup.
Oleh karena itu ia menyarankan agar masyarakat membagi penghasilannya setiap bulan dengan alokasi 5% untuk zakat, infaq, sodaqoh, 10% dana darurat dan asuransi, 60% untuk biaya hidup, 15% untuk investasi, 10% untuk gaya hidup. Prita juga menyarankan agar masyarakat pandai memilah antara kebutuhan dan keinginan.
“Tips terakhir, kalau tergoda untuk masalah needs and wants, jadi kalau ada sale cari kasir yang antriannya paling panjang, kalau kita bela-belain berarti emang butuh, dan antrian juga akan memberi kita waktu untuk berpikir,” tambahnya.
Menurut Prita, gaya hidup hemat memberi banyak keuntungan, seperti memiliki tabungan sesungguhnya, menghindarkan hobi berhutang, lebih bahagia, dan terakhir merdeka finansial. “Jadi kita kerja bukan karen mikirin tagihan bulan depan,” tukasnya. (*) Ria Martati