Jurus Allianz Syariah Hadapi Tantangan Krisis Ekonomi Global

Jurus Allianz Syariah Hadapi Tantangan Krisis Ekonomi Global

Jakarta – Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, hingga yang teranyar potensi gagal bayar utang AS, diklaim tak berpengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. Meski begitu, pemerintah diharapkan tetap waspada akan dampak dari gejolak tersebut. Pasalnya, diyakini dampaknya tak hanya bisa perpengaruh pada industri perbankan saja, tapi juga bisa menyerang industri asuransi di Tanah Air.

Achmad K. Permana, Managing Director Sharia Allianz Life Indonesia berpandangan bahwa di tengah perekonomian global yang tak menentu akibat krisis perbankan di AS dan Eropa memang akan sedikit berpengaruh terhadap industri asuransi di Tanah Air.

“Pasti iya, mumpung belum terjadi di Indonesia, kita harus antisipasi bahwa gelombang itu akan sampai ke Indonesia, jadi kita harus lebih prudent,” ungkap Permana saat bincang-bincang dengan infobanknews belum lama ini.

Dia melanjutkan, UUS Allianz Life Indonesia telah mengantisipasi efek dari krisis global yang tengah ‘memanas’ baru-baru ini. Permana mengaku, pihaknya akan lebih prudent terutama dari sisi underwriting.

“Kita makin prudent dari sisi underwriting-nya. Nanti kita tidak mungkin jor-joran lah. Selain itu juga dalam menjual produk dan berbagai hal lainnya,” ujar Permana.

Di satu sisi, kata Permana, Allianz memiliki pengalaman panjang dalam mengatasi berbagai krisis global atau keuangan yang telah terjadi selama ini. Mereka tidak akan berkompromi terhadap hal-hal yang sifatnya menimbulkan risiko bagi perusahaan.

“Mereka sudah berkali-kali melewati krisis, sudah melewati dua Perang Dunia. Usianya sudah 133 tahun. Jadi, mereka itu sangat prudent dan punya fundamental risk-nya yang sangat bagus,” jelas Permana.

Tak hanya itu, lanjutnya, penyesuaian strategi bisnis pun telah dilakukan. Di mana saat ini, UUS Allianz Life Indonesia tengah fokus mengembangkan agen asuransi yang didominasi oleh generasi milenial. Adapun jumlah agen yang dimiliki Allianz Syariah mencapai 40.000.

“Kita masuk ke generasi milenial sekarang. Makanya, hampir 60% agen kita adalah milenal. Mereka sangat dinamis dan bergerak cepat,” ungkap Permana.

Agar tidak terjadi miss selling, kata Permana, setiap agen ‘diwajibkan’ untuk menjadi konsumen produk asuransi Allianz Syariah. Ini dilakukan agar mereka benar-benar mengetahui secara mendalam tentang produk asuransi, sebelum turun ke lapangan menawarkannya kepada nasabah.

Miss selling terjadi ketika mereka (agen) sendiri bukan klien asuansi itu. Ya, bagaimana mau jualan kalau nggak ngerti. Dari pengalaman ini, agen tau persis asuransi tersebut. Tau benefitnya apa,” ujarnya.

Apalagi, kata Permana, produk asuransi yang ditawarkan Allianz Syariah tahun ini menyasar pada kalangan menengah. Di mana kalangan ini juga didominasi oleh generasi milenial yang menginginkan asuransi dengan harga premi yang terjangkau dan transaksinya tidak ribet.

“Mereka mau kalau prosesnya simpel. Prosesnya harus simpel, dan masuk akal bagi mereka. Digitalisasi is mandatory. Kalau produknya sih basic asuransi seperti kematian, penyakit kritis dan lainnya,” ungkapnya.

Kinerja Allianz Syariah

Di 2022, Allianz Syariah mencatat pertumbuhan penjualan premi baru atau APE sebesar 41,5%, jauh di atas rata-rata pertumbuhan pasar sebesar 10,6% (sumber: laporan AAJI kuartal IV-2022).

Untuk kontribusi bruto, Allianz Syariah membukukan Rp1,3 triliun, tumbuh 19% dari tahun sebelumnya. Total aset Allianz Syariah mengalami pertumbuhan sebesar 4,3%, menjadi Rp4,26 triliun.

Kesehatan finansial Allianz Syariah yang diukur oleh rasio Risk-Based Capital (RBC) Dana Tabaru tercatat sebesar 436%.

Allianz Syariah mencatatkan pertumbuhan jumlah polis baru sebesar 21,3% dan peningkatan jumlah peserta sebesar 9,2% sampai akhir tahun 2022. Saat ini, lebih dari 100.000 peserta yang memilih produk Allianz Syariah untuk perlindungan jiwa dan kesehatan.  

Sementara, Allianz Syariah mencatatkan pembayaran santunan asuransi (klaim) dan manfaat asuransi sebesar Rp789,4 miliar, di mana 69% dari jumlah tersebut merupakan santunan asuransi (klaim), sebagai perwujudan dari prinsip tolong-menolong dan berbagi kebaikan antar peserta.(*)

Related Posts

News Update

Top News