Jakarta- Penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah pada hari ini (7/1) terus berlanjut seiring usainya penetapan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sementara untuk faktor global, melunaknya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok (China) dinilai cukup mendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Hal tersebut disampaikan oleh Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara ketika dihubungi oleh infobanknews.com.
“Penguatan Rupiah lebih karena hasil pertemuan G20 yang meredakan tensi perang dagang,” kata Bhima di Jakarta, Senin 1 Juli 2019.
Dirinya menyebutkan pertemuan beberapa pemimpin Negara termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Osaka, Jepang beberapa hari kemarin cukup memberikan sentimen positif kepada pasar.
Dalam pertemuan tersebut, semua pihak bersepakat untuk mengakhiri perang dagang serta mengupayakan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.
Tak hanya itu, Bhima menyebut, ekspetasi pasar terhadap angka inflasi nasional pada bulan Juni ini juga dinilai sebagai sentimen positif terhadap Rupiah. Dimana hari ini (1/7) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni 2019 sebesar 0,55 persen.
“Ekspetasi investor terhadap rilis inflasi Juni yang lebih rendah dari Mei juga menjadi pendorong tentunya,” kata Bhima.
Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Senin (1/7) nilai tukar rupiah menyentuh posisi Rp14.117 per dolar AS atau menguat 24 poin atau 0,17 persen dari posisi Rp14.141 pada Jumat (28/6).