Untuk mendorong pertumbuhan, Menkeu berharap itu juga bisa dikontribusi oleh perbankan dan pasar modal. Kedua industri ini, lanjut Menkeu, bisa menghasilkan sumber dana investasi bisa lebih mencapai Rp1.300 trilun. Sementara dari sisi BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang harus melakukan belanja modal diharapkan mendekati Rp700 trilun. Sehingga tidak semua tekanan untuk mencapai pertumbuhan 6% itu berasal dari pemerintah.
Menurut Sri Mulyani, Presiden juga menekankan agar seluruh regulasi dan berbagai perbaikan untuk meningkatkan investasi diperhatikan. Meskipun rating Ease of Doing Business (EoDB) sudah membaik, tetapi masih banyak langkah-langkah yang terus perlu diperbaiki. Kemudian agar konsumsi meningkat di atas 5%, maka inflasi harus dijaga di bawah 4% untuk sampai tahun 2018.
Sementara untuk komposisi sektornya, Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang diharapkan bisa tumbuh.
“Pertanian, perikanan, dan perhutanan itu diharapkan bisa tumbuh di atas 5%, 5,4%. Dan sektor-sektor jasa yang selama ini memang meningkat harus dijaga, yaitu perhubungan dan pergudangan yang bisa tumbuh di atas 8%. Sektor telekomunikasi dan komunikasi itu diharapkan bisa tumbuh di atas 10% dan sektor jasa perbankan diharapkan bisa tetap terjaga pertumbuhannya mendekati 9%,” ungkap Sri Mulyani.
(Baca juga : Benarkah Ekonomi Indonesia Ungguli India dan Filipina)
Sementara untuk sektor pertambangan, menurut Sri Mulyani, mungkin masih menghadapi konsolidasi.(*)