Jakarta – Para pemilik aset kripto saat ini tengah berduka. Bagaimana tidak? Perilisan data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Senin (13/06) menunjukkan bahwa angka inflasi AS masih di kisaran 8,6% per Mei 2022.
Tingginya angka inflasi yang belum reda ini sontak membuat investor lari dari aset-aset berisiko seperti cryptocurrency dan membuat harga jeblok serempak.
Bitcoin, cryptocurrency terbesar dan paling terkenal di dunia pada Senin lalu tercatat turun 12,1% menjadi $23.366. Angka ini sudah turun 51,6% dari level tertingginya tahun ini di $48.234 pada 28 Maret lalu. Tidak hanya itu, Ether, koin yang terhubung ke jaringan blockchain ethereum, juga turun 13,62 persen menjadi $1,237,72 pada hari Senin, kehilangan $195,18 dari penutupan sebelumnya.
“Inflasi terbukti menjadi lawan yang lebih sulit untuk dikalahkan daripada yang diperkirakan, Bitcoin dan Ether terus babak belur. Keduanya adalah korban utama pelarian dari aset berisiko karena investor khawatir tentang kenaikan harga konsumen di seluruh dunia,” kata Susannah Streeter, Analis Investasi dan Pasar Senior di Hargreaves Lansdown seperti dikutip dari Reuters, Selasa, 14 Juni 2022.
Lebih jauh menurut situs data CoinMarketCap pada Senin lalu, nilai pasar cryptocurrency turun di bawah US$1 triliun atau menyentuh US$926 miliar untuk pertama kalinya sejak Januari 2021. Pasar cryptocurrency global sempat mencapai puncaknya pada November 2021 lalu, yaitu sebesar US$2,9 triliun. Namun nilai ini terus turun akibat angka inflasi global yang terus naik. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra