Jakarta – Mengawali tahun 2023, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengatakan, Bank Indonesia (BI) sebaiknya tidak perlu menaikan suku bunga acuannya pada Januari 2023, dikarenakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed tidak menyelenggarakan sidang pada bulan ini.
“Sesungguhnya kali ini, BI tidak perlu menaikkan suku bunga acuan alias tetap 5,50%. Mengapa? Lantaran bank sentral AS The Fed tidak menyelenggarakan sidang pada Januari 2023,” ujar Paul saat dihubungi Infobanknews, Rabu, 18 Januari 2023.
Di sisi lain, bila BI memilih untuk kembali menaikan suku bunga acuannya, Paul memprediksi kenaikannya hanya sebesar 25 bps atau menjadi 5,75%. Sebagai Langkah antisipatif jika The Fed menaikan suku bunganya di Februari 2023.
“Namun BI juga bisa menaikkan suku bunga acuan. Hal itu sebagai langkah antisipatif ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan yang tinggi pada bulan Februari 2023,” jelasnya.
Paul melanjutkan, jika suku bunga acuan BI terus merangkak naik, maka bank akan segera menaikan suku bunga simpanan (deposito) yang diprediksi dimulai pada kuartal I-2023.
Hal tersebut pada akhirnya juga akan berdampak pada kenaikan suku bunga kredit. Namun, perbankan diminta untuk mengerem suku bunga kredit jika ingin mempertahankan permintaan kredit tetap dobel digit di 2023.
“Namun sebaiknya bank dapat mengerem agar suku bunga kredit tidak naik terlalu cepat dan terlalu tinggi. Lebih strategis, ketika bank mau mengerem kenaikan margin bunga sehingga permintaan kredit tetap subur atau dua digit pada kuartal I-2023 ini,” pungkasnya.
Apalagi, tambah Paul, tahun 2023 diprediksi sebagai tahun sarat dengan ketidakpastian global. Artinya, bank tetap optimis namun waspada.
Seperti diketahui, sepanjang tahun 2022 BI telah menaikan suku bunga acuannya sebanyak lima kali dengan total kenaikan 200 bps atau 2% menjadi 5,75% dari 3,5% pada Juli 2022. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra